Sabtu, 17 Mei 2014

Istri, Adik Ipar Dan Aku

Adegan dalam video ini sungguh sangat membuatku shock, mulutku terbuka melongo. Aku merasa seperti orang dungu yang ditendang tepat diselangkangan. Apa yang terpampang dalam layer TV adalah rekaman isteriku dengan suami adik iparku. Dan mereka tengah bersetubuh. Aku tak bias mempercayainya! Tidak hanya kenyataan bahwa isteriku yang menghianatiku, tapi juga dia melakukannya dengan Bob, suami dari adiknya sendiri!

Jenny, adik iparku berdiri di sebelahku mengamati reaksiku akan rekaman video tersebut. Tampak jelas dia terluka dan marah. Dia menemukan rekaman video ini dalam laci yang tersembuni di meja kerja suaminya hanya beberapa jam yang lalu. Adegan di TV terus berjalan, aku berjalan menuju pantr di ruang sebelah dan menuangkan minuman ke dalam dua buah gelas. Jenny menerimanya tanpa sepatah katapun. Kami berdua meneruskan melihat rekaman video tersebut dalam diam.

Tampak jelas betapa usaha Bob dalam mengolah bentuk tubuhnya, tapi aku merasa senang karena betapapun hasil latihannya telah membuat otot tubuhnya menjadi besar dan kekar tapi itu tak membuat batang penisnya jadi lebih besar. Setidaknya aku masih lebih hebat dibagian itu. Tentu saja, Sherly terlihat menikmati apa yang didapatkan dari Bob terkecuali terhadap ukuran kejantanannya, aku cukup mengenal Sherly akan hal ini.

Isteriku mempunyai bentuk tubuh yang atletis. Dia rutin pergi ke gym dan selalu berusaha mengajakku ke tempat itu juga, tapi aku tak pernah punya ketertarikan dengan hal-hal semacam itu. Saat melihat adegan video tersebut, aku membayangkan apa mungkin hal tersebut akan mambawa perbedaan…

Jenny melangkah pergi untuk mengambil minuman, kupandangi dia, Jenny berumur 10 tahun lebih muda dari isteriku dan memiliki bentuk tubuh yang lebih montok dibandingkan kakaknya. Payudaranya juga lebih besar. Aku melihat perkembangan kedewasaan tubuhnya hingga menjadi seorang wanita muda yang cantik dalam beberapa tahun belakangan.

Dia dan Bob menikah dua tahun yang lalu. Sherly dan aku menikah jauh sebelumnya dan sekarang sudah memiliki 3 orang anak. Kami akan segera merayakan ulang tahun pernikahan kami yang ke duapuluh.

“Kamu tahu sudah berapa lama ini terjadi?” tanyaku begitu video tersebut berakhir. Sherly menggelengkan kepala.

“Mungkin sudah setahun lebih!” sambungnya ketus. Aku gelengkan kepala.

“Tidak, ini terjadi baru-baru ini. Kelakuan Sherly berubah aneh sejak sekitar bulan lalu dan sekarang aku baru mengerti sebabnya,” jawabku.

“Kakak kandungku sendiri!” kata Jenny dengan geram. Aku mengangkat bahu. Aku benar-benar tak bisa berkata apapun untuk membuat kenyataan ini menjadi lebih baik.

“Apa yang akan kita lakukan?” tanyanya, tampak jelas nada kemarahan dalam suaranya.

“Aku belum tahu,” ku hela nafas. Aku masih sangat terguncang untuk dapat berpikir jernih.

“Abang belum tahu?” tanyanya tak percaya. Aku hanya mengangkat bahu kembali.

“Kakakmu dan anak-anak sedang berakhir pekan di rumah pantai dan kakek nenek mereka juga ikut di sana. Aku rasa aku butuh waktu 24 jam untuk membuat keputusan drastis.”

“Well, aku sudah tahu apa yang akan kulakukan!” potong Jenny. Kupegang kedua bahunya dengan tanganku untuk meredakannya.

“Bukankah Bob sedang diluar kota sekarang ini?”

“Ya,” jawabnya, tapi segera menambahkan dengan nada marah sebelum aku mampu melanjutkan, “Mungkin sekarang ini dia sedang meniduri wanit lain lagi!”

“Aku rasa tidak,” jawabku sambil menggelengkan kepala.

“Apa?”

“Dengar, aku cukup mengenal Bob dengan baik dan dia bukan tipe lelaki yang suka main perempuan,” kataku, meskipun sadar betapa menggelikannya penjelasanku ini.

“Kamu pasti bercanda,” tukas Jenny. Aku hanya mengangkat bahu.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku tak percaya kalau Sherly dan Bob sengaja melakukan ini.”

“Itu kan sudah terlihat jelas di video itu!” teriak Jenny.

“Apa ada kelakuan Bob yang aneh akhir-akhir ini? Aku tahu kalau sekarang ini Sherly sedang mengalami puber kedua. Dia baru saja memasuki usianya yang ke tiga puluh sembilan dan perasaan akan berumur empat puluh di tahun depan sangat membuatnya resah.”

“Itu bukan alasan!”

“Aku tidak bilang ini suatu alas an, tapi aku rasa itu bukan bagian dari penyebabnya,” jawabku. Jenny menatapku dan menggelengkan kepala, tapi kemudian dia menarik nafas dan kelihatan agak sedikit mereda emosinya.

“Sudah satu tahun kami mencoba untuk mendapatkan seorang bayi, tapi belum juga beruntung. Aku tahu itu sangat mengganggu Bob,” jelasnya sambil menggosok kedua lengannya, tapi kemudian ketenangannya sirna dan matanya berkilat marah, “Itu juga sangat menggangguku, tapi aku tidak lari dan tidur dengan salah satu saudaranya!”

“Kamu benar,” jawabku, coba menenangkannya. “Tapi aku masih merasa kalau kita butuh waktu beberapa hari untuk berfikir sebelum membuat keputusan besar.”

“Baiklah! Mungkin abang benar, tapi aku merasa itu tak akan membantu,” tukasnya, Rasa sakit dan marahnya terlalu besar untuk ditahannya.

“Besok malam kamu kembali saja kemari dan kita bicarakan lagi,” tawarku. “Sebelum itu kita berdua punya waktu untuk menenangkan diri.”

Jenny terlihat tidak puas, tapi dia mengangguk setuju. Dia mengeluarkan video tersebut dari dalam player dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Aku berharap dia tidak melakukan suatu tindakan yang bodoh sampai dia merasa tenang.

Kuputuskan untuk mandi, aku merasa kotor. Aku pergi ke kamar mandi, menyetel suhu air panas dan melihat pantulan bayanganku di dalam cermin. Kamar mandi ini mulai terisi uap panas saat kutatap mataku. Ini akan jadi sebuah malam yang panjang dan aku merasa ragu akankah berangkat kerja besok pagi.

***

Jenny dating ke rumahku malam berikutnya. Dia terlihat lebih kurang tidur dibandingkan aku, tapi setidaknya dia terlihat jauh lebih tenang dibandingkan kemarin.

“Jadi, apa keputusan abang?” tanyanya langsung tanpa basa-basi. Aku mengangkat bahu.

“Apa ini tidak membuat abang marah?” tanyanya gusar.

“Tentu saja ini membuatku marah, tapi aku tetap tak bisa merubah apa yang sudah terlanjur terjadi.” Kenyataannya adalah aku lebih merasa sakit karena dikhianati dari pada kelakuan mereka.

“Astaga, aku benar-benar heran dengan abang? Aku akan minta cerai pada Bob! Abang juga mestinya menceraikan Sherly!” kata Jenny. Aku gelengkan kepala, aku sudah punya keputusan sendiri.

“Itu tak akan terjadi. Kakakmu Sherly dan aku punya tiga orang anak. Kami sudah berumah tangga hamper dua puluh tahun,” kutarik nafas, lalu melanjutkan, “Aku sangat mencintai kakakmu, dan perbuatannya dengan Bob tak akan mampu menghapus cinta itu begitu saja. Aku merasa sakit dan aku akan mencari tahu kenapa dia merasa harus mengkhianatiku, tapi aku tak akan menceraikan dia.” Jenny menatapku tajam.

“Abang akan memaafkannya,” tanyanya tak percaya. Aku mengangguk. Jenny menggelengkan kepalanya, air matanya mulai keluar. Aku merengkuhnya ke dalam pelukanku dan dia mulai terisak. Ini berlangsung untuk beberapa saat lamanya hingga akhirnya dia dapat mengendalikan diri.

“Aku rasa aku tak akan bisa memaafkan Bob,” akhirnya dia berkata.

“Jenny, apa kamu benar-benar ingin berpisah dengan Bob?” tanyaku. Sejenak dia ragu sebelum akhirnya menggelengkan kepala.

“Tapi aku tak bisa membiarkan begitu saja perbuatannya,” jawabnya lirih.

“Ayo kita ambil minum dulu,” tawarku. Dia mengangguk setuju.

Gelas yang pertama terasa hanya untuk membasahi tenggorokan saja. Gelas yang ke dua baru terasa pengaruhnya. Aku bilang ingin pergi ke kamar mandi sebentar saat jenny menuangk minuman pada gelas ketiganya. Ketika aku keluar dari kamar mandi aku mendapati dia melihat rekaman video tersebut lagi. Aku menghela nafas, menghampirinya untuk mematikan TV.

“Kamu tahu kan, ini tak akan membantu,” kataku. Di menghela nafas. Kami meminum gelas ketiga dalam diam. Kali ini giliran Jenny yang pergi ke kamar mandi saat aku menuang gelas yang keempat. Aku masih belum merasa mabuk, tapi rasa sakit di hati sedikit terasa hilang.

Jenny keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arahku. Segera saja aku menyadari ada sesuatu yang berubah. Pertama, Jenny terlihat sudah mengambil sebuah keputusan. Yang kedua, tak mungkin rasanya kalau tak melihat kalau beberapa kancing bajunya yang atas terbuka dan dia tak lagi memakai bra. Aku dapat melihat jelas putting payudaranya dari balik blouse-nya.

“Jenny, apa yang kamu lakukan?” tanyaku bingung.

“Aku akan melakukan sesuatu yang mungkin bisa mempertahankan pernikahanku setelah pengkhianatan Bob. Aku akan meniduri abang,” jawabnya. Aku baru saja akan memprotesnya, tapi dia sudah langsung melumat bibirku. Disamping itu, kalau mau jujur, meskipun aku memutuskan untuk memaafkan Sherly, aku juga sama terlukanya dengan Jenny. Meniduri Jenny, benar atau salah, mungkin saja akan menolong. Aku merasa sangsi kalau ini akan bisa menyakiti mereka.

Dalam sekejap saja kami sudah tak berpakaian lagi dan aku terkejut melihat buah dada Jenny bahkan lebih besar dari yang pernah kubayangkan. Ukuran payudara Sherly breasts sekitar B cup. Tapi menurutku putingnya yang mesar mencuat itu terlihat seksi pada ukuran payudaranya.

Payudara Jenny yang jauh lebih besar dibandingkan isteriku tampak sangat menggiurkan. Mungkin ukurannya C cup, tapi sangat pasti kalau ini adalah ukuran full C cup. Putingnya tidak sepanjang punya kakaknya, tapi lebih gemuk. Dia tersenyum memergoki aku yang terpana melihat dadanya.

“Ini milikmu sepenuhnya,” kata Jenny sambil menyangga kedua buah dadanya dengan kedua tangannya sekaligus meremasnya menggoda. Kuhabiskan gelas keempatku dan segera membenamkan wajahku ke dalam dua bongkahan daging kenyal didepanku. Tangan Jenny bergerak ke bawah untuk meraih batang penisku.

“Wah, punya abang besar sekali!” katanya, gairahnya terdengar besar dalam nada suaranya. Aku bergerak turun menelusuri lekuk tubuhnya, melewati perutnya dan mulai menyapukan lidahku pada bibir vaginanya.

Dia segera bersandar pada dinding di dekatnya dan memegangi kepalaku dengan kedua tangannya sambil mendesah. Segera saja tubuh Jenny mulai tergetar ketika aku konsentrasi pada kelentitnya. Langsung saja dia meraih orgasme pertamanya dan aku harus menyangga tubuhnya sebelum dia jatuh. Lalu kugendong dia menuju ke kamar tidur.

Kurebahkan tubuhnya di atas ranjang, Jenny menjulurkan kedua lengannya ke depan menmintaku untuk segera naik. Aku merangkak menaiki tubuhnya dan memberinya sebuah ciuman yang dalam. Nafasnya tercekat saat ujung kepala penisku menemukan jalan masuk ke dalam vaginanya.

“Kamu yakin mau melakukan ini?” tanyaku. Dia mengangguk.

“Kakakku, isteri abang, meniduri suamiku. Aku rasa baru adil kalau aku menyetubuhi abang di atas ranjangnya sendiri. Ini cara untuk membalas kelakuan Bob dan Sherly diwaktu yang sama,” nada amarah terdengar dalam jawabannya, tapi dia kemudian tersenyum dan menambahkan, “Lagipula, aku tak akan melepaskan begitu saja setelah melihat ukuran penis abang ini.” Kemudian segera saja lenguhan nikmat terlepas dari bibirnya saat dia menggunakan kakinya untuk menarik tubuhku ke arahnya.

“Aku merasa sangat penuh!”

Batang penisku hanya baru masuk 3/4nya saja ke dalamnya. Kudorongkan lagi, tapi dia merintih kesakitan. Aku coba hentikan, tapi dia tidak mengijinkanku. Nafasnya tersengal terdengar antara menahan deraan nikmat atau sakit, dan dia terus mengguna kan pahanya untuk menarikku semakin erat. Bahkan tangannya mencengkeram pantatku dan menariknya dengan keras hingga seluruh batang penisku terkubur dalam lubang anusnya.

“Oh mami!” teriakan lepas keluar dari bibirnya saat aku berhasil membenamkan batang penisku seluruhnya. Aku diamkan tanpa bergerak agar dia terbiasa dengan ukuranku.

“Ayo bang! Setubuhi aku!” akhirnya dia berkata dan memang itu yang segera akan aku lakukan. Pada awalnya secara perlahan kukeluar masukkan, tapi atas desakan Jenny segera saja aku menyentaknya dengan keras dan cepat. Langsung saja orgasme kedua diraihnya dan tanpa henti. Aku piker dia akan pingsan saat teriakan nikmatnya terdengar keras sekali.

“Jenny, aku hamper keluar!” teriakku. Dia mendorong tubuhku berganti posisi hingga dia berada diatas dan mulai menunggangi batang penisku.

“Lakukan, bang! Isi rahimku dengan benih abang!” ucapnya semakin membakar gairahku.

“Tapi, kita tidak pakai pelindung!” kataku ragu. Tapi keraguanku malah semakin membuat pantulan tubuhnya semakin keras saja dan tak ayal aku langsung keluar jauh di dalam rahimnya. Kusemburkan begitu spermaku ke dalam vaginanya hingga meleleh keluar pada pahanya seiring pompaan naik turun tubuhnya di atasku.

Kami berdua rebah tak bergerak dengan tubuhnya yang masih menindihku untuk beberapa waktu. Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan menatapku dengan diam.

“Kamu tidak apa-apa?” tanyaku khawatir tapi dia malah tertawa.

“Aku merasa sangat ehmm…! Saat ini, aku tidak tahu apakah akan meninggalkan Bob dan tak akan bicara dengan Sherly lagi ataukah aku mestinya berterima kasih pada mereka. Abang sangat menakjubkan,” katanya. Aku tertawa dan menurunkan tubuhnya dari atasku.

“Aya mandi, aku sangat ingin bermain lagi dengan dada montokmu ini,” Kataku sambil meremas buah dadanya lalu menggamit tangannya. Kami bawa serta gelas minuman yang kosong, mengisinya lagi untuk yang terakhir kalinya sebelum bergandengan tangan masuk ke kamar. Lansung saja kami habiskan gelas terakhir kami setelah mengatur suhu shower. Tawa riang tak hentinya keluar dari bibir kami saat air hangat mulai turun membasahi kedua tubuh berkeringat kami.

Kusabuni dada montoknya dan menghabiskan setidaknya sekitar sepuluh menit meremasinya. Disaat yang bersamaan dia juga menyabuni batang penisku. Begitu penisku kembali mengeras, aku bergerak ke belakang tubuhnya, masih tetap meremasi buah dadanya. Aku mulai menciumi lehernya dan batang penisku kugesekkan pada celah bongkahan pantatnya. Penisku masih berlumuran sabun sehingga dengan mudah melesak masuk.

Saat bibir kami saling melumat dalam ciuman yang dalam, kepala penisku terdorong masuk ke dalam lubang anusnya. Jenny merenggangkan pahanya dan penisku melesak masuk dengan sendirinya seakan punya maksud sendiri, Aku terkesiap dan berusaha menariknya keluar.

“Sorry! Ini masuk begitu saja…” aku berusaha menjelaskan, tapi Jenny malah menyeriangai lebar dan mendorong pantatnya ke belakang membuat kepala penisku semakin menyelam ke dalam lubang anusnya. Aku mengerang keenakan.

“Jangan bilang kalau kak Sherly tidak pernah mengijinkan abang melakukan anal seks?” tanyanya menggoda.

“Tidak, tidak pernah,” jawabku.

“Baiklah kalau begitu, kalau abang mau abang boleh merasa bebas menyetubuhi anusku semau abang!” katanya manantang dan bagai api yang disiram minyak, langsung saja aku lesakkan batang penisku jauh ke dalam lubang anusnya.

Kedua tangannya terjulur kedepan pada dindning untuk menahan tubuhnya yang terguncang dengan keras oleh sodokanku. Buah dadanya yang montok terayun menggoda, membuatku dengan segera bergerak meremas keduanya. Tapi tanganku langsung beralih untuk mencengkeram pinggulnya untuk menjaga keseimbangan kedua tubuh kami karena ayunanku.

“Ya! Terus bang! Dorong penis abang ke dalam anusku! Makin dalam bang!” teriak Jenny dalam kenikmatan. Salah satu tangannya masih menahan tubuhnya pada dinding sedangkan yang satunya lagi mulai bergerak kea rah selangkangannya.

“Yes!” teriaknya saat aku semakin keras mengayunkan batang penisku semakin ke dalam. Dapat kurasakan otot pantatnya yang mulai mengencang saat dia menggesek kelentitnya sendiri. Tak mampu lagi kutahan, kulesakkan seluruh batang penisku terkubur seutuhnya dalam cengkeraman lubang anusnya dan kembali, sekali lagi aku keluar dengan hebatnya. Sentakanku yang terakhir membuat kaki Jenny benar benar terangkat dari lantai kamar mandi karena kerasnya. Dan hal tersebut membuat Jenny bergabung bersamaku dalam ledakan orgasmu sejenak kemudian.

Kami berjalan berpelukan dengan sempoyongan keluar dari kamar mandi menuju ke kamar tidur kembali. Aroma seks tercium sangat pekat di dalam kamar dan kami kesulitan untuk menemukan area sprei yang kering di tempat tidur. We stumbled out of the shower and back to the bedroom. The room smelled like sex and we had problems finding a dry spot on the bed. I was barely settled before Jenny crawled between my legs and started blowing me.

“Kamu benar-benar liar!” kataku.

“Ternyata balas dendam itu rasanya jauh lebih manis dari yang kudugatimpalnya dengan tersenyum puas. Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Dia benar benar wanita muda yang penuh amarah, tapi… apapun itu adik iparku ini benar benar sangat menggairahkan!

Jenny merapatkan kedua daging payudaranya yang kenyal menjepit batang penisku dan mengocoknya begitu batangku mengeras lagi. Dia masih asik melakukannya ketika tiba-tiba saja Sherly berjalan masuk ke dalam kamar tidur…!!!

“Jenny! Teganya kamu?” teriak Sherly terdengar hamper menangis, tapi Jenny Cuma tersenyum sinis.

“Teganya aku? Kakak pasti bercanda! Coba kakak periksa rekaman video di bawah. Itu rekaman perselingkuhan Bob dengan kak Sherly,” balas Jenny said lalu kemudian dengan mata menatap kea rah kakaknya, dia memasukkan batang penisku hingga ke batangnya.

“Anak-anak mana?” tanyaku merasa tak nyaman. Aku coba untuk bergerak, tapi Jenny tak membiarkanku. Dia ingin agar Sherly melihat aksi kami berdua.

“Kutitipkan di rumah mami. Aku mau memberimu kejutan ‘a night out alone’,” jelasnya, nampak jelas rasa kecewa dan terkejutnya.

“Nah, aku rasa yang terkejut sekarang adalah kakak. Apa kakak benar-benar berharap kalau rekaman itu tak akan diketahui oleh siapapun?” Tanya Jenny. Sherly menggelengkan kepala.

“Kakak keliru,” kata Jenny, lalu menambahkan dengan nada sinis, “Nah, sekarang impas kan?” tangis Sherly benar-benar pecah sekarang dan dia berlari meninggalkan kamar. Bukannya merasa puas telah membalas dendam, tapi aku malah merasa sangat tidak enak. Kudorong tubuh Jenny menjauh dan pergi menyusul Sherly. Kutemukan dia di ruang keluarga, sedang menyaksikan rekaman videonya dengan Bob. Dia menoleh dan memandangku dengan tatapan yang berlinang air mata.

“Aku sungguh-sungguh minta maaf!” ucapnya diantara isak tangisnya. “Itu terjadi begitu saja bulan lalu. Bob tengah frustrasi karena Jenny tak juga hamil. Kami minum-minum dan aku tak ingat pasti apa yang terjadi kemudian, yang kuingat saat aku terbangun, kita tidur berdua di ranjangnya. Apakah kamu mau memaafkanku?” tanyanya. Aku hendak mulai menjawab, tapi Jenny sudah berada di ruangan ini.

“Abang percaya semua omong kosong ini? Itu mungkin benar kejadian pertama kalinya, tapi bagaimana dengan yang berikutnya? Kak Sherly terlihat jelas sangat menikmatinya dalam video itu,” potong Jenny dengan marah. Wajah Sherly berubah merah oleh rasa malu.

“Kami melakukannya cuma dua kali saja,” bela Sherly lirih, meskipun dia sadar itu tak banyak membantunya.

“Kejadian yang kedua terjadi saat Bob menelphone-ku untuk dating dan bicara. Aku juga terkejut saat mendapati ada sebuah kamera yang dalam keadaan siap rekam. Lalu dia memperlihatkan padaku rekamannya dengan Jenny yang sedang bercumbu. Kami sepakat untuk menghentikan affair ini, tapi Bob ingin membuatsebuah video sebagai kenang-kenangan.”

“Dan kakak tak mampu menolaknya, kan?” potong Jenny dengan tajam.

“Aku mau menolaknya!” jawab Sherly, tapi kemudian meneruskan dengan suara pelan, “Tapi video kalian berdua benar-benar membuatku jadi terangsang. Melihatmu bercumbu dengan Bob sangat membuatku terangsang.”

“Kakak jadi terangsang karena melihatku?” Tanya Jenny tak percaya. Sherly tak berani menatap kami berdua, tapi dia hanya mengangguk. Aku gelengkan kepala. Aku benar-benar kaget dengan apa yang dikatakan Sherly barusan.

“Jenny, Sherly dan aku menikah di usia muda. Aku tidak heran jika kakakmu membayangkan apa yang hilang dari masa mudanya setelah kami menikah dulu. Aku juga merasakan hal itu.”

“Lalu apa abang berselingkuh di belakang kakak?” Tanya Jenny asked. Kugelengkan kepala.

“Tidak sampai hari ini,” jawabku. Sherly mulai merasa tak nyaman.

“Aku benar-benar minta maaf! Aku sangat mencintaimu dan tak ingin kehilanganmu,” kata Sherly. Aku tersenyum mendapati situasi ini. Ketakutan terbesarku adalah jika Sherly sudah tidak mencintaiku lagi. Sekarang aku tahu itu tidak benar.

“Aku tak akan meninggalkan kamu. Andai saja kamu ceritakan padaku tentang semua ini sebelum kamu membuat keputusan, mungkin kita bisa lakukan itu bersama.”

“Bersama?” tanyanya. Dia terlihat jelas terkejut.

“Ya. Sherly, aku punya sebuah fantasi yang ikin kulakukan. Aku tak pernah menceritakannya padamu karena kupikir kamu sangat konservative tentang seks dan kupikir kamu akan marah jika kuajak membicarakannya. Aku tak ingin kehilangan kamu.”

“Sungguhkah?” tanyanya, ketakutanna perlahan berubah menjadi sebuah harapan. Kurengkuh dia ke dalam pelukanku dan memberinya sebuah ciuman yang sangat dalam sebagai jawabannya.

“Jadi, abang mengijinkan pria lain menikmati tubuh isteri abang?” Tanya Jenny tak percaya Aku mengangkat bahu dan tersenyum.

“Aku tak masalah jika Sherly bercinta dengan orang lain, Cuma syaratnya aku harus ada di sana dan dia pulang ke rumah kembali bersamaku.”

“Menakjubkan,” kata Jenny, tak tahu harus berkata apalagi.

“Jenny, meskipun ini tak membantu, Bob mengatakan padaku kalau hanya dengankulah satu-satunya wanita yang pernah berselingkuh dengannya. Aku percaya padanya. Bob benar-benar mencintaimu,” kata Sherly, masih memelukku. Jenny masih tetap menggelengkan kepala.

Kutarik kembali Sherly dalam sebuah ciuman. Aku masih tetap telanjang, sedangkan Sherly masih berpakaian lengkap. Aku mulai melucuti pakaiannya. Dan dia membantu mempercepatnya.

“Hey, bagaimana dengan aku?” Tanya Jenny. Sherly memandangku seakan meminta ijin. Aku mengangguk, masih meraba-raba kemana ini akan berakhir. Isteriku menatap adiknya dan menyeringai lebar.

“Jenny, kamu sangat boleh bergabung dengan kami,” undangnya. “Sudah kukatakan, Aku sangat suka melihatmu bercinta dengan Bob. Kurasa melihatmu melakukannya dengan suamiku pasti akan lebih dahsyat lagi!” Aku sama terkejutnya dengan Jenny, tapi aku sudah terlalu terangsang oleh wanita yang kunikahi hamper dua puluh tahun ini.

Sherly dan aku tak menunggu jawaban Jenny lagi. Kupanggul Sherly menuju ke kamar tidur kami dan melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dengan posisi tengkurap. Dia protes soal aroma dan kenyataan kalau sepreinya telah habis dipakai, tapi protesnya tersebut langsung terhenti begitu kulesakkan batang penisku ke dalam lubang vaginanya. Kupegangi pinggulnya saat aku mulai bergerak keluar masuk.

“Ya, setubuhi aku sayang!” teriaknya. Sherly tidak pernah berkata mesum saat berhubungan seks sebelumnya. Birahiku benar-benar terbakar oleh perubahan isteriku ini. Kami berdua benar-benar terhanyut dengan irama persetubuhan ini hingga aku dikejutkan oleh sebuah tangan yang memegang buah zakarku.

“Jadi, akhirnya kamu putuskan untuk bergabung dengan kami,” kataku pada Jenny. Dia mengangkat bahunya, tersenyum nakal dan kemudian menciumku.

“Aku tak akan pernah melewatkan kesempatan untuk menikmati batang penis abang lagi,” katanya begitu lumatan bibirnya denganku berakhir. Kemudia dia menampar pantat Sherly dengan keras. Sherly teriak terkejut.

“Disamping itu, aku masih belum memberikan hukuman pada wanita jalang yang sudah menyetubuhi suamiku ini,” katanya sebelum memberi sebuah tamparan lagi.

“Hey! Hentikan,” cegahku. Aku mencintai Sherly dan tidak ingin melihat dia disakiti.

“Tidak apa-apa! Aku memang pantas mendapatkannya,” kata Sherly, mengejutkanku, tapi kurasa Jenny sudah mengira akan hal ini.

“Nah kakakku yang jalang, kakak suka dengan kekerasan ya,” kata Jenny dengan yakin sambil memilin putting kakaknya dengan kasar. Sherly berteriak antara sakit dan nikmat. Baru saja aku mau menghentikan semua ini, tapi Sherly malah mulai meledak orgasmenya. Ini akan menjadi sebuah eksplorasi yang menarik dilain waktu.

Jenny menarikku menjauh dan menaiki batang penisku. Tak perlu menunggu waktu untuk penyesuaian yang lama lagi seperti saat pertama kali, dia kemudian mulai bergerak naik turun di atasku sekali lagi. Aku sudah dekat dengan orgasmeku saat akhirnya Sherly pulih kondisinya setelah ledakan orgasmenya. Dia melumat bibirku dengan liar sebelum tangannya bergerak meremas pangkal batang penisku.

“Hey, hentikan, kakak merusak iramaku!” Jenny komplain. Sherly tersenyum, melepaskan cengkeramannya dan menarik Jenny dalam sebuah ciuman. Ciuman keduanya sangat lama dan juga basah, tapi saat akhirnya selesai Jenny kembali komplain.

“Wanita jalang!” teriaknya, yang sebenarnya hanya terkejut oleh aksi Sherly barusan. Isteriku hanya tersenyum.

“Sudah kubilang kan, kalau melihatmu bisa membuatku sangat terangsang. Apa yang kamu harapkan saat memutuskan untuk bergabung dengan kami?” jawab Sherly, dan kemudian tangannya bergerak ke bawah untuk memainkan kelentit Jenny. Segera saja nafas Jenny mulai tersengal.

“Aku tidak tertarik pada wanita! Singkirkan tangan kakak!” perintahnya, tapi Jenny tidak melakukan apa-apa untuk menghentikan Sherly.

“Aku juga belum pernah melakukannya dengan seorang wanita sebelumnya. Aku rasa kamu juga. Bagaimana kamu tahu kalau kamu tak suka?” Tanya Sherly.

“Tapi aku kan adikmu!” jawab Jenny. Sherly tak menghiraukannya.

“Aku yakin kalau mulutmu pasti akan lebih bermanfaat daripada hanya bicara tak karuan begitu,” jawab Sherly, lalu kemudian kembali melumat bibir adiknya lagi.

“Wow! Sherly, ini sangat hot! Jika saja aku tahu lebih awal kalau kamu juga mau melakukannya denga wanita juga,” kataku dengan seringai lebar. Sherly hanay mengangkat bahu.

“Siapa kira? Aku juga tak pernah membayangkan sebelumnya sampai aku lihat videonya Jenny dengan Bob,” jawabnya sebelum kemudian membungkuk kedepan untuk menghisap salah satu putting payudara Jenny. Mengerang keras Jenny mulai orgasme.

Aku mencoba untuk bertahan, tapi segera saja aku seburkan spermaku ke dalam vagina Jenny juga. Jenny membuat kami berdua terkejut saat dia menjambak rambut kakaknya agar mendekat padanya dan melumat bibirnya dengan liar ditengah ledakan orgasme yang melandanya.

Sherly meraih batang penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya begitu orgasme yang mendera kami berdua mereda.

“Iih, menjijikkan! Penis abang kan penuh dengan cairanku,” kata Jenny dengan wajah menyeringai. Sherly hanya tersenyum lalu mendorong tubuh adiknya hingga terlentang. Dia bergerak menaiki tubuh Jenny dan duduk di atas dada montoknya. Membuat vaginanya berada sangat dekat ke mulut Jenny. Jenny meronta beberapa saat, tapi Sherly lebih kuat dan lagipula tubuhnya berada di atas menindih Jenny.

“Sekarang giliranku untuk orgasme dank arena kamu sudah memakai penis suamiku untuk orgasme, kamu harus menggantikan tugasnya. Jilat vaginaku Jenny!” perintah Sherly. Aku hanya menyaksikan dengan terpesona. Aku tengah menyaksikan bagian dari diri Sherly yang tak pernah kusangka dimilikinya. Jenny mencoba memprotes, tapi Sherly sama sekali tak mengacuhkan. Disorongkan vaginanya kea rah mulut adiknya dan mendesah keras beberapa saat kemudian ketika lidah Jenny menelusup ke dalam lubang vaginanya.

“Ya, begitu Jennyy! Tepat di situ!” ceracau Sherly. Mereka berdua seakan asyik masyuk dalam dunianya sendiri dalam beberapa menit ke depan sebelum pada akhirnya Jenny mendorong tubuh Sherly dari atasnya.

“Hey!” protes Sherly, tapi Jenny cuma tertawa. Dia kemudian mengatur untuk melakukan posisi enam-sembilan dengan isteriku. Kuamati lidah Jenny langsung melata keluar masuk ke dalam vagina kakaknya. Sherly ragu untuk beberapa saat sebelum akhirnya lidahnya juga memberi aksi yang sama terhadap vagina Jenny.

Terlihat jelas bahwa kedua wanita ini sangat menikmati dan larut terhadap apa yang tengah mereka perbuat. Sudah cukup lama mereka saling memuaskan birahi satu sama lainnya dan aku yakin kalau keduanya sudah mendapatkan paling tidak sebuah orgasme. Batang penisku akhirnya sekali lagi mengeras sepenuhnya dan aku tengah bingung untuk memutuskan apa yang akan kulakukan. Jenny melihat kebingunganku dan mengedip kepadaku sambil sebuah jarinya menyelip masuk ke dalam lubang anus Sherly. Sherly mengerang.

Jenny terus memainkan jemarinya di dalam lubang anus Sherly sambil tetap mengoral vaginanya. Sejenak kemudian Jenny mengisyaratkan padaku untuk mendekat. Dicengkeramnya batang penisku dan menempatkan kepala penisku tepat di lubang anus Sherly. Kudoeng sedikit hingga kepalanya masuk sebelum Sherly akhirnya menyadari apa yang tengah terjadi.

“Tunggu!” teriaknya, tapi Jenny tetap berkonsentrasi pada kelentitnya dan itu membuat perhatian Sherly kabur. Kumasukkan beberapa centi lagi.

“Hentikan, ini sakit!” erang Sherly. Jenny menampar pantat isteriku dengan keras.

“Tapi rasanya sangat nikmat, kan?” tanyanya pada isteriku. Sherly hanya mengerang. Kumasukkan lagi lebih dalam.

“Ya!” Sherly semakin mengerang keras.

“Jadi, diam dan nikmati saja!” perintah Jenny menampar pantat Sherly lagi. Jenny merangkak ke bawah tubuh Sherly dan mulai mempermainkan kelentitnya.

Aku terus mendorongkan penisku semakin ke dalam anus Sherly. Rasanya sangat rapat dan aku tak yakin sepenuhnya apakah dia menikmati ini ataukah tidak.

“Apa kamu ingin aku berhenti?” tanyaku meyakinkan.

“Jangan! Masukkan seluruhnya. Sodomi aku!” teriak Sherly. Dan jawaban itu membuatku melesakkan sisa penisku selurhnya tanpa ragu lagi. Dia langsung mulai orgasme. Kurasakan denyutannya seiring tiap sodokanku.

Kusodomi Sherly dengan keras dan cepat, membuat buah zakarku menghantam dahi Jenny. Segera saja aku orgasme beberapa menit kemudian. Sherly dan aku rebah kecapaian sedangkan Jenny meberi kami masing-masig sebuah ciuman yang penuh nafsu yang dalam. Tak disangsikan lagi kalau dia juga sangat membutuhkan sebuah pelapasan yang sangat mendesak.

Begitu kondisiku dan isteriku mulai pulih, tanpa menyia-nyiakan waktu lagi kami berdua langsung berkonsentrasi pada vagina Jenny. Dengan bergantian lidah kami mengeksplorasi seluruh titik sensitifnya. Dan itu membuat Jenny merintih memintaku agar segera menyetubuhinya langsung.

Kuposisikan dia dalam dogy-style, Sherly memposisikan dirinya diantara tubuhku dan Jenny dan mencumbu anus adiknya dengan menggunakan lidah. Hal ini terlalu berlebihan untuk dapat ditahan Jenny lebih lama lagi dan orgasme segera menggulungnya. Denyutan liar dinding vagina Jenny tak mampu kutahan, kulit penisku yang terasa sangat sensisit segera memberiku ledakan orgasme yang berikutnya. Isteriku terus saja mencumbui lubang anus adiknya saat aku semburkan kembali spermaku di dalam vagina adik iparku untuk kesekian kalinya.

Kami bertiga hanya mampu berbaring kelelahan dengan tubuh bersimbah keringat untuk sekian waktu. Saat akhirnya kami mampu bergerak, hanya dengan gerakan tubuh yang lemah dan pelan. Secara bregiliran kami mandi menyegarkan tubuh, berpakaian dan bertemu di meja makan. Sherly menyiapkan sesuat untuk mengganjal perut kami semua yang kelaparan.

“Aku lapar,” Jenny said.

“Aku juga,” timpalku.

“Aku rasa kita sudah membangkitkan selera makan kita,” Sherly tersenyum. Hampir disepanjang acara makan kami diwarnai keheningan. Masing-masing tenggelam dalam alam pikirannya. Aku lihat Sherly sedang menata mentalnya untuk membuka omongan. Akhirnya dia menatapku begitu acara makan kita selesai.

“Jadi, apakah kita semua baik-baik saja?” nada bicaranya terdengar nervous. Kami saling menatap satu sama lain dalam beberapa saat dan kemudia aku mengangguk. Senyuman Sherly terkembang.

“Bagaimana dengan kamu?” Tanya Sherly pada adiknya.

“Mmm, aku belum tahu,” jawab Jenny dengan jujur, tapi kemudian dia tersenyum lebar dan bertanya, “Yang kamu maksud itu tentang kamu dan Bob atau kenyataan bahwa baru saja aku sadar kalu aku seorang lesbian yang juga menikmati hubungan incest?”

“Kamu bukan lesbian,” jawabku sambil tersenyum.

“Dia benar,” Sherly menambahkan. “Kamu seorang biseksual yang menikmati hubungan incest.” Jenny tidak bias menahan diri. Dia tertawa terbahak. Sherly dan aku ikut tertawa, tapi dengan cepat tawa kami berhenti.

“Jenny, beri Bob kesempatan,” kata Sherly dengan lebih serius. Jenny menarik nafas.

“Akan kupikirkan.”

“Dan diskusikan dengannya soal belum juga hamilnya kamu. Kalian berdua mungkin harus membicarakan hal tersebut. Mungkin sekaranglah waktunya untuk datang ke dokter ahli.”

“Wow, sekali nasehat langsung komplit,” jawab Jenny dengan tersenyum. Dia terlihat agak bimbang.

“Hei, kamu boleh menyewa suamiku sebagai gantinya kalau yang jadi masalahmu adalah Bob,” gurau Sherly, mencoba untuk membuat adiknya tersenyum. Senyuman Jenny semakin terkembang lebar saat tangannya bergerak mengelus perutnya.

“Masalah itu mungkin sudah terpecahkan kalau memang yang bermasalah aadalah Bob. Minggu ini adalah periode masa paling suburku dan suamimu sudah melakukan pekerjaannya dengan sangat baik saat mengisiku dengan spermanya.”

Alis Sherly’s, dan tentu saja alisku, terangkat karena terkejut. Kami saling mamandang dan kemudian menoleh ke arah Jenny. Akhirnya kami bertiga hanya mengangkat bahu.

“Itu issue untuk besok saja,” jawab Sherly.

“Kalau memang jadi,” Jenny menambahkan.

“Beritahu kami kalau akhirnya kamu memutuskan untuk memaafkan Bob,” kataku, merubah topic pembicaraan. “Akan tiba waktunya bagi Bob dan aku untuk membicarakannya, tapi itu persoalan lain lagi. Dan jika semuanya berjalan baik dan antara kamu dan Bob ok, aku rasa aku ingin melihat Bob dan Sherly melakukannya secara langsung. Aku yakin itu akan terlihat lebih hebat dari pada di dalam video.”

“Hanya selama aku diberi kesempatan dengan kamu lagi,” jawab Jenny menimpali ‘tantanganku. Dia kemudian menoleh kea rah Sherly dan dengan tersenyum menambahkan, “Tentu saja dengan kamu juga.”

“Aku bisa menggaransi kalau soal itu,” balas Sherly.

Jenny memberi sebuah pelukan pada kami berdua sebelum dia pergi. Sherly dan aku saling menatap dalam kebisuan untuk beberapa saat.

“Nah, sekarang bagaimana?” Tanya Sherly. Awalnya aku hanya mengangkat bahu, tapi kemudian kuhembuskan nafas. Aku sadar jika kami berdua membutuhkan sebuah aturan dasar dalam hal ini.

“Pertama, aku rasa kita harus saling setuju dan berjanji bahwa kita tidak akan saling bermain dengan orang lain tanpa persetujuan salah satu dari kita. Tak ada lagi affair,” jelasku dengan ringkas. Sherly tampak sedikit malu dan mengangguk setuju.

“Kita harus ekstra hati-hati terhadap anak-anak. Aku tidak mau gaya hidup kita yang baru ini membawa sebuah dampak bagi mereka semua,” Sherly menambahkan.

“Setuju.”

“Kamu puny ide yang lain lagi?” Tanya Sherly. Aku menyeringai.

“Ya, masih ada sebuah hukuman yang menunggumu.”

“Hukuman?” Tanya Sherly, matanya berbinar.

“Yeah, sekarang aku tahu kalau kamu suka sedikit kekerasan dan rasa sakit, aku rasa kita harus kembali lagi ke kamar. Lagipula anak anak tidak ada dan kita hanya berdua saja sekarang.”

“Apa yang kamu rencanakan?” Tanya Sherly curiga. Aku hanya tersenyum lebar.

Kami habiskan beberapa jam berikutnya dengan saling memuaskan dan memanjakan satu sama lain. Tidak semua yang kami coba berjalan dengan baik, tapi saat itu tidak berjalan sesuai harapan, kami hanya tertawa dan kemudia mencoba sesuatu yang lainnya lagi. Untuk pertama kalinya Sherly dan aku saling berbagi seluruh fantasi seksual dalam kehidupan dua puluh tahun perkawinan kami. Kami sadar kalau tidak semua fantasi tersebut bisa diwujudkan dalam satu malam ini, tapi kami sudah melakukan sebuah awal yang bagus.

Mentari pagi hanya menunggu satu dan dua jam untuk terbit saat akhirnya kami merasa terlalu lelah untuk mencoba sesuatu yang lain lagi, tapi kami berdua belum merasa mengantuk juga. Sekali lagi kami mandi lagi dan melangkah menuju ke kamar tamu. Kamar ini memiliki pemandangan yang indah saat mentari terbit dan juga seprei yang bersih dan segar.

Kami berdua berbaring dan berbincang seakan sudah tak saling bicara selama bertahun-tahun. Aku bahkan tak begitu yakin apa yang sedang kami diskusikan, tapi pada akhirnya aku merasa lebih dekat dengan isteriku melebihi sebelumnya. Manteri terbit mengantarkan kami berdua lelap dalam mimpi indah dengan saling memeluk.

- End -

Amoynya ABG

Amoynya ABG

Aku Memey, papaku cina mamaku bule, tapi mereka dah bercerai beberapa tahu yang lalu, jadi aku sekarang cuma tinggal ma papaku aja. Papaku business man yang sukses sehingga dia sibuk sekali dengan pekerjaannya. Dengan dia aku jarang sekali bertemu, kalo aku berangkat sekola dia blon bangun, nanti aku pulang sekolah, makan malem, tidur, dia belon pulang. Makanya mamaku akhirnya gak tahan dengan kehidupan macam ini sehingga minta cerai dan kembali ke negaranya.

Walaupun mamaku bule tapi badanku gak seperti layaknya badan bule, kulitku memang putih seperti mamaku, aku saat ini duduk di kelas 10. Tinggi 156 cm. Badanku langsing seperti umumnya abg amoy, toketku gak besar, bra ku 32b. Pinggangku ramping, pinggulku ya biasa saja, proporsional dengan seluruh badanku, cuma pantatku agak membusung sehingga kalo aku jalan pantatku menggeyol ke kanan kekiri mengikuti ayunan langkahku.


Ini menyebabkan aku sering digangguin lelaki kalo lagi jalan. Paha dan betisku putih dan mulus. Leherku jenjang. Mataku sipit seperti layaknya amoy. Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirku tipis seperti bibir mamaku dan raut wajahku menyirat bahwa aku punya darah bule. itu yang diwariskan mamaku pada tubuhku. Kalo tanpa raut wajah kebulean, kata orang si Gisel, penyanyi idol tu mirip ma aku, hihi ge er banget ya. Rambut ku potong pendek saja supaya mudah diaturnya. Rumahku lumayan besar, cuma sepi karena aku cuma tinggal sendirian praktuis dirumah, papaku kan cuma malem adanya dirumah, pembantu ya setelah menyelesaikan tugasnya menghilang ke kamarnya dibelakang.

Karena papapku sibuk ma kerjaannya, secara berkala ada stafnya, sebut saja si om, yang kontrol keadaan rumah, apakah ada yang perlu ditangani, membayarkan gaji pembantu, dan menanyakan keadaanku. Aku dibukain account oleh papaku dan uang terus mengalir dari account papa ke account aku, karena papaku sibuk banget maka dia berlebihan memberikan dana untukku. Aku si gak suka foya2, jadi ya kupakai seperlunya buat kebutuhanku sehari2. sesekali memang aku traktir2 temen2 deketku makan, tapi gak sering. Temen2ku juga jarang mau tidur nemeni aku dirumah, gak tau kenapa. Mereka bilang gak nyaman kalo ke rumahku.

Aku punya cowok, dah mahasiswa, dengan dialah aku diperkenalkan pada kenikmatan duniawi. Kalo malming, cowokku sering nemeni aku sehingga kami bebas untuk berbagi kenikmatan dikamarku. Kalo dah gitu sekalian aja dia nginep di rumahku sehingga sepanjang malam aku di bombardir dengan kenikmatan diranjangku. Paginya seprei rnajangku berantakan sehingga selalu kurapikan supaya pembantu tidak bertanya kenapa kok sampe brantakan sekali ranjangku. Kalo pagi memang cowokku tidur dikamar yang sekarang dipake si om, sehingga pembantu tidak bertanya lebi lanjut. Kami juga bangunnya selalu siang kerna mereguh kenikmatan sepanjang malem sampe ampir subuh, dah gitu baru kami tidur berpelukan. Bangun, segera cowokku keluar kamarku menuju ke kamar tamu seakan2 dia tidur disana. Setelah aku membereskan seprei seadanya baru aku keluar dan minta disediakan sarapan. Baru pembantu masuk ke ruang dalem untuk bebersih.

Satu hari aku merasa kurang sehat, aku call si om, dia datang sekitar magrib, melihat keadaanku, nanya mau dianter ke dokter apa enggak, kujawab enggak usah. Untuk memantau kondisiku, dia nginep malem itu dirumah. Kamarnya deket dengan kamarku. Kalo dirumah aku memang santai sekali, saat si om dateng aku cuma pake tanktop tanpa bra (dirumah pake bra mah sumuk rasanya biar ada ac juga) dan celpen super pendek sehingga sebagian besar paha mulusku terpampang nyata (tu juri imb yg suka bilang gitu dah dihilangkan dari peredaran ya). Walaupun toketku gak besar2 amir, tapi dibungkus dengan tanktop ketat dan tanpa bra, pentilnya yang imut terpampang setengah nyata juga tu. Si om mah menjilatin toket dan pahaku dengan padangan yang kayanya "laper" banget deh, aku si cuek aja.

Di meja makan kita ngobrol aja, aku si jarang ngobrol ma si om, kerna kalo dia dateng, jarang sekali ketemu aku. Ternyata orangnya fun sekali, dia banyak bikin humor sampe aku terpingkel2 ketawanya, lupa deh aku sama gak enak badanku. "Wah diguyoni om, Memey langsung sehat deh om, gak usah ke dokter, gak usah minum obat". "Cowok kamu gak nengok kok Mey. Jangan bilang kamu gak punya cowok, aku gak percaya, abg secantik dan semulus kamu gini gak mungkin gak punya cowok". "Ada kok om, tapi dia lagi kerja praktek di Riau 3 bulan ini". "Wah jablay dong kamu ya Mey, aku yang blay bole gak". "Ih si om genit, tantenya mo dikemanain tu". "Gak da tante kok MEy". Aku menunjukkan ekspresi heran. "Iya aku kan dah pisah ma keluargaku, gak cocok aja". "trus keluarga sekarang diaman om". "Ya balik ke kota asalnya, anak ikut ibunya". "Wah om jablay dong kaya Memey". "Iya malah dah lama banget ni gak blay, blay kamu aja deh biar kamunya gak jamuran lama gak di baly". "Kok jamuran si om", jawabku sembari tertawa berderai.
"Mang cowok kamu ngapain ja Mey". "Mahasiswa om, semester akhir". "Wah kalo dah lulus kamu dikawinin dong, eh salah dinikahin dong ya. Kalo kawin dah sering ya Mey". "Mo tau aja si om ni". "Udah kan Mey, kayanya si udah sering". "Sering apaan". "Sering kawin ma cowoknya". "Sok tau ah". "kliatan kok Mey". "Kliatan dari mana, dari Hongkong". "aku bisa tau kaok abg yang sering kawin dan masi prawan". "Dari apanya". "ada deh".

Dijawab gitu aku jadi penasaran, gak ngerasa aku masuk dalam jebakannya". "Kasi tau dong om, dari apanya ketauannya". "Tu dari cara nanyanya, kalo penasaran gini pasti dah sering kan". Aku baru sadar masuk dalam jebakannya, aku dah ngejawab pertanyaannya tanpa diiyakan. Ya udah, dia tau juga gak apa kok. "Pasti enak banget ya Mey, kalo gak kan gak sering ngelakuinnya". "Gak tau ah", aku kesel juga aku terpancing mengiyakan pertanyaannya secara gak langsung. "Kamu sexy banget si Mey, nurun dari mamanya ya". "Gak tau ah". "Gitu ja ngambek, ntar sexynya luntur lo". "Mangnya kena pemutih jadi luntur". Dia pandai banget membawa suasana ceria, makan malem dah beres dari tadi tapi kita masi ja ber haha hihi di meja makan. "Om pindah ke sofa aja yuk, biar pembantu bisa beresin meja makannya". Dia beranjak ke sofa sementara aku ngasi instruksi pembantu untuk beresin meja makan, dah gitu slesailah kerjaannya untuk hari ini.

Dia terus aja memandangi aku, memang si kalo aku berjalan pinggul dan pantatku menggial ke kiri-kanan, seolah menantang untuk diremas2. Sebodo amir dia mo mandangin aku kaya gitu, paling dia ngaceng kan, itu urusan dialah. Aku sengaja demonstratif duduk disebelah dia, Dadaku kubusungkan sehingga kliatan banget bentuk toketku yang imut dan kenceng tercetak di tanktop ketatku. kedua gundukan toketku memang kelihatan sangat jelas' Pentilnya juga kliatan mencuat biar pentilku imut juga. Karena aku duduk disebelahnya maka pandangan matanya mengarah ke toketku. "Om gitu amir si ngeliatnya, ntar ngaceng lo", kataku to the point. "udah kok Mey, dari tadi pertama ngeliat kamu". "om omes si". "Kamu ni kalo ngomong amir lah, omes lah, mangnya sapa tu amir, cowok kamu kah. omes tu presenter acara imb kah, mangnya kamu ngefans ya ma doi". "Amat kan lagi pulkam, makanya amir yang gantiin, kalo omes tu otak mesum". "O gitu, ya pasti omeslah kalo ngeliat kamu sexy banget kaya gini". "Kalo gak omes pasti Memey bugil juga gak apa lah om". "Wah kamu mo bugil, boleh deh, aku siap aja". "Siap apaan om". "Ngebugilin kamu". "yee, maunya tu".

“Kamu gak kesepian Mey, ndirian dirumah besar gini, ok sepi? Papa kamu sibuk banget, cowok kamu melanglang buana, gak perna ngobrol ma pembokat kan". "Iya gak pernah lah, pembokat juga risi kalo diajak ngobrol. Tapi dah biasa kok om". "Cowok kamu perginya dah lama". "Baru beberapa ari kok om". "Waduh, gatel dong ya, gak da yang garukin, aku siap kok kalo disuru garukin kamu". Kayaknya dia dah horny berat tu mandangin badanku dari tadi. Makanya ngomongnya dah sangat ngejurus gitu. "Kamu gak perna ketemu mama kamu ya Mey, gak kangen". "Kangen banget om, tapi mama kan jauh banget disebrang lautan, paling ya ngobrol lewat skype aja". "Mama kamu dah nikah lagi". "Kayanya si udah, Memey gak perna nanya, tu kan privacy mama". "Papa kamu sibuk kerja sih ya, sampe dia ndiri gak mikirn mo ngasi mama baru buat kamu". Gak lah, kan katanya sekejam2nya ibu kota lebi kejam lagi ibu tiri". "Bisa aja kamu, lagian kalo da mama baru kamu gak bisa dikawinin cowok kamu ya". "Gak tau ah, om omes berat deh, ngomongnya soal kawin mulu". "aku pengen banget ni Mey". "Ih bukan urusan Memey lagi". "Ya urusan kamu lah, aku pengen kan kerna ngeliat kamu sexy gini".

aku gak jwab cuma senyum ja mandangin dia dengan tatapan mata yang menggoda. aku duduk lebih mendekat ke arahnya, sehingga gumpalan daging di dadaku menekan lengan tangan kanannya. Dengan sengaja dia menekan lengannya ke toketku. “Ih…om nakal deh tangannya,” kataku sambil merengut manja dan kembali menjauh. "Lho, yang salah kan kamu duluan. Toket kamu menyodok-nyodok lenganku.”

Aku pun bangkit dari sofa, berjalan ke lemari es mo ambil minuman, dia ngikuti dari belakang. Didepan lemari es, dia dah gak bisa nahan diri kayanya. Dia memelukku dari belakang. Aku tenggelem dalam pelukannya, maklum si om tinggi besar sedang badanku imut. terasa dia menempelkan kontolnya yang dah ku yang menegang ke pinggulku. “Ih… om jangan begitu dong…,” kata ku manja. "O mo yang lebih toh". "Memey mo minum dulu nih". dia melonggarkan pelukannya sehingga aku bisa buka lemari es dan ambil minuman botol. "Om mau". "aku gak aus kok cuma pengen ja". Aku membuka botol minuman dan menenggaknya didepan lemari es, kembali dia memelukku. "Om, ntar tumpah ni minumannya". "Biar aja tumpah, kalo baju kamu basah ntar aku yang bukain ya". Kontolnya kembali ditekankan ke pinggulku sehingga aku menggelinjang. Botol minuman kututup lagi dan kumasukkan ke lemari es. Dia gak tahan lagi kayanya. tubuhku direngkuh dan digendongnya, dibawa balik ke sofa. aku kaget dan berontak, tapi pelukannya mantap banget sehingga aku gak berkutik, Aku direbahkan di sofa, bibirku dilumat-lumat, sementara kulit punggungku diremas2. Aku mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman di bibirku yang diselingi dengan permainan lidah. Biar aku baru kelas 10 tapi aku dah cukup terlatih oleh cowokku dalam hal cium mencium. "Wah kamu dah expert ya Mey, gak percuma ya cowok amu ngelatih selama ini".

Beberapa saat kemudian ciumannya berpindah ke leherku sambil meremas2 toketku. Pentilku ditekan2 dan diplintir2 dengan jarinya sehingga pelan2 pentilku mulai mengeras. "Dah napsu juga toh kamu Mey, pentilnya jadi keras gini". "Om buka bajunya aja", tanpa menunggu persetujuannya aku segera membuka ikat pinggang dan ritsluiting celananya. Dia mengimbangi aku tank topku segera terbang meninggalkan badanku, dia terpana melihat kemulusan tubuh atasku tanpa penutup sehelai kain pun. Toket imutku yang padat membusung dengan indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, toketku kelihatan amat mulus dan licin. Pentilku berdiri tegak di ujung toketku. Pentilku berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara areola di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit toketku.

Celana panjang yang sudah kubuka dan dia lepas dengan segera. Menyusul kemeja dan kaos singlet sehingga kini dia cuma tertutup oleh celana dalam, sementara aku masi tertutup oleh celpenku yang super pendek, mempertontonkan bentuk pinggangku yang ramping dan bentuk pinggul dan pantatku yang bahenol. dia segera melepaskan celpenku sehingga sama dengan dia, sekarang aku cuma ber cd tipis yang berwarna pink. Di daerah bawah perutku tak kebayang warna hitam jembut karena memang memekku tu nyaris plontos, cuma ada sedikit bulu2 halus sehingga praktis gak nampak seperti layaknya jembut.

Aku pandangi dadanya yang bidang. Kemudian aku memandang ke selangkangannya, nampak tonjolan yang besar banget dibalik cd nya. Kayanya batangnya gede panjang tu. Perlahan dia kembali memeluk tubuhku sambil mengulum kembali bibirku. aku pun mengimbanginya. aku memeluk lehernya sambil membalas kuluman di bibirku. toketku pun menekan dadanya. Aku dan dia saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.

Ciumannya berpindah ke leher. aku mendongakkan daguku agar dia dapat menciumi leherku. “Ahhh… om… ” bisik ku terengah. Kini wajahnya bergerak ke arah toketku. wajahnya digesek2kan di kedua toketku secara bergantian. Pentil kanan dia lahap dalam mulutnya. Disedotnya kuat2. Aku menggelinjang. “Om… ngilu… ,” rintihku. Gelinjang dan rintihan ku itu semakin membangkitkan hasratnya. Dia remas toket kiriku dengan gemasnya, sementara pentil kanan dimainkan dengan ujung lidahnya. Pentilku itu kadang digencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak dia sedot kembali toket kanan itu kuat2. sementara jari tangannya menekan dan memelintir pentil kiriku. Aku semakin menggelinjang sambil mendesah2. “Aduh om… ssshh… geli…” Dia tidak puas dengan hanya menggeluti toket kananku. Kini mulutnya berganti menggeluti toket kiri. sementara tangannya meremas2 toket kananku kuat2 sembari memijit dan memelintir pentil kananku. gigi dan ujung lidahnya terus aja menekan2 pentil kiriku. aku tidak henti2nya menggelinjang dan mendesah manja. "Om napsu amir si ma toket Memey, kan kecil". "Yang imut gini lebi napsuin katimbang yang gede Mey, masuk semua ditelapak tanganku, asik banget ngeremes dan memlintir pentil kamu".

Setelah puas dengan toket, dia meneruskan permainan lidah ke arah perut ku. Mulutnya berhenti di daerah pusar, sementara kedua telapak tangannya menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatku. Kedua tangannya menyelip ke dalam celana yang melindungi pantatku. Perlahan2 celana dalamku dipelorotkan ke bawah. aku sedikit mengangkat pantat untuk memberi kemudahan celana dalamku dilepas. Dan dengan sekali sentakan kaki, celana dalamku sudah terlempar ke bawah. Sambil kembali menciumi pusarku, tangannya mengelus2 pahaku. Elusannya ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah jari-jari tangannya di tepi kiri-kanan bibir luar memekku. Tangannya pun mengelus2 memekku dengan dua jarinya bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, aku berinisiatif meremas2 toketku sendiri.

Perlahan dia menyibak bibir memekku dengan ibu jari dan telunjuknya mengarah ke atas sampai itilku menongol keluar. Wajahnya bergerak ke memekku, sementara tangannya kembali meremas toketku. Dijilatnya itilku perlahan2 sambil satu tangannya mempermainkan pentilku. “Au om… shhhhh… betul di situ om… enak om… shhhh…,” aku mendesah2 sambil merem-melek. Bulu alisku bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningku pun berkerut saking nikmatnya aktivitas yang dia lakukan ke aku. Dia meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan dari lubang pantat sampai ke itilku. Karena gerakan ujung hidungnya pun secara berkala menyentuh memekku. Terasa sekali memekku mulai basah, malah cairan lendir memekku mengalir keluar sampai ke lubang pantatku. Sesekali pinggulku bergetar, kalo dah gitu dia ngeremes pinggulku kuat2 sambil menusukkan ujung hidungnya ke memekku. “Om… enak sekali …,” aku mengerang dengan kerasnya. Dia segera memfokuskan jilatan lidah serta tusukan ujung hidung di memekku. Semakin lama vagina itu memekku semakin basah saja.

Dua jari tangannya lalu dimasukkan ke lobang memekku. Setelah masuk hampir semuanya, jari dibengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena ‘G-spot’-ku. Dan berhasil! “Auwww… om…!” jeritku sambil menyentakkan pantat ke atas, sampai-sampai jari tangannya yang sudah terbenam di dalam memekku terlepas. Perut bawahku pun menghantam ke wajahnya. Dia segera memasukkan kembali dua jarinya ke dalam memekku dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini dia mengimbangi gerakan jarinya dengan permainan lidah di itilku yang tampak semakin menonjol sehingga gampang baginya untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika itilku dia gelitiki dengan lidah serta diisap2 perlahan, aku semakin keras merintih2. Sementara pinggulku menggial ke kiri-kanan saking nikmatnya. “om…,” lenguhku. Permainan jari dan lidahnya di memekku semakin bertambah ganas. aku sambil mengerang dan menggeliat meremas apa saja yang dapat kuraih. Meremas rambutnya, bahunya dan toketku ndiri.

“Om… Memey sudah tidak tahan lagi… Masukin kon tol om aja… Ohhh…sekarang juga om…! Sshhh. . . ,“ erangku sambil menahan nafsu. Namun dia tidak perduli. kocokan dua jari tangannya di dalam memekku semakin dipercepat. Gerakan jari tangannya yang di dalam memekku ke atas-bawah, sampai terasa ujung jarinya menghentak-hentak dinding atas memekku secara perlahan-lahan. Sementara ibu jarinya mengusap itilku. Gerakan jari tangannya di memekku yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk-crrrk… Sementara aku tetep ja ber ah uh ah uh keeenakan. Mataku merem-melek, sementara keningku berkerut-kerut. toketku makin kencang dan pentilku tampak berdiri saking tegangnya.


Sampai akhirnya tubuhku mengejang hebat. Pantat kuangkat tinggi-tinggi. Mataku membeliak2. “Om…!“ Dua jarinya yang tertanam di dalam memekku kejepit dinding memekku dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jarinya dalam memekku, terpancarlah semprotan cairan memekku dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tangannya. Beberapa detik kemudian aku terbaring lemas di atas sofa. Mataku memejam rapat. baru saja aku mengalami orgasme yang begitu hebat. Kocokan jari tangannya di memekku dihentikan. Dibiarkannya jarinya terbenam di memekku sampe semuanya mereda, baru dicabutnya jarinya dari memekku dan cairan memekku yang terkumpul di telapak tangannya dibersihkan dengan tisu.

Setelah beberapa saat dia pun mulai menindih kembali tubuhku, sementara bibirnya mengulum kembali bibirku, tangannya meremas toketku dan mempermainkan pentilnya. Setelah puas melumat bibirku, wajahnya pun menyusuri leherku sampai akhirnya mencapai belahan toketku. Digesekannya wajahnya dibelahan toketku, kemudian bibirnya bergerak keatas toket kiriku. Digesekkannya bibirnya memutari toket sampai ke pentilku yang langsung diemutnya dengan penuh napsu. Dimainkannya pentilku dengan mulut dan lidahnya. “Ah… om … geli… ,“ aku mendesis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Sementara itu tangannya meremas-remas toket kananku, mengarah ke pentilku yang kemudian diplintir2nya dengan ibu jari dan telunjuk. Dia semakin gemas. secara bergantian kedua toketku diremas dan diplintir dan diemut2 pentilnya. “Ah… om… terus … hzzz… ngilu……” aku terus mendesis keenakan. Napsuku sudah kembali tinggi. Mataku kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kini semakin sering fnekuensinya.

Sampai akhirnya aku dah tidak kuat menahan napsuku lagi. Dengan cepat kuplorotkan cdnya sampe ke pahanya, dia melanjutkan memlorotkan cdnya sehingga terlepas dari kakinya. Segera kusamber kontolnya dengan tanganku. "Gede banget om kontolnya, mana panjang banget lagi". "Mangnya kontol cowok kamu kecil ya Mey". "Memey kira segitu dah gede, gak taunya punya om lebi gede lagi. ukuran XL ni om, pa muat di memek Memey ntar". Sambil membiarkan dia menggeluti ke 2 toketku, aku meremes2 kontolnya pelan. Ketika kugenggam, telunjuk dan ibu jariku gak bisa ketemu saking gedenya tu kontol. “om. kita main di ranjang aja yuk” ajakku.

Dia kembali membopong tubuh telanjangku ke kamarnya dan membaringkannya di atas tempat tidur. "Gak dikamar Memey aja om". "Sama ajalah ranjangnya". begitu tubuhku menyentuh kasur, aku menarik wajahnya mendekat ke wajahku. bibirku segera melumat bibirnya dengan ganas. Dia pun tidak mau kalah. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu sementara dia mendekap tubuhnya dengan kuatnya. punggungku diremas2 dengan gemasnya.

Kemudian dia menindih tubuhku. Kontolnya terjepit di antara pangkal pahaku dan perutnya. Dia mengecup dagu kemudian leherku, sementara dia kontolnya menekan dan menggesek2 pahaku. Trus kecupannya turun lagi ke toketku, dia membenamkan wajahnya di belahan toketku sambil menekan kedua toketku ke wajahnya. Kemudian pentilku yang mendapat giliran, diemut, dikulum dan dimainkan dengan lidahnya. “om… geli…,“ lenguhku. Dia tidak perduli dan terus mengulum2 pentil kiriku dan meremas toket satunya. Hal yang sama dia lakukan bergantian antara toket kanan dan kiri. “om… ngilu… hihhh… nakal sekali si om… Auw!" Rintihanku itu justru semakin mengipasi api nafsunya.

Sambil menciumi dagu dan leherku, dia membimbing kontolnya kearah memekku. Diputar2nya dulu kepala kontolnya di jembut alusku. Kuraih kontolnya, paha kukangkangkan lebar. "Wuih, kon tol om gede banget, keras banget lagi", aku mengarahkan palkonnya ke lubang memekku. Palkonnya menyentuh bibir memekku yang sudah basah, pelan2 sembari digetarkan dia menekan palkonnya masuk kedalam memekku. Kini seluruh palkonnya dah terbenam dalam memekku. Terasa sensasi yang luar biasa kemasukan kon tol yang segitu gedenya, memekku harus nganga lebar sekali supaya tu palkon bisa masuk, terasa banget ada sesuatu yang besar mengganjel diselankanganku. Dia menghentikan gerak masuk kontolnya. “om… masukin terus… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” protesku. Dia gak perduli protesku, tetep aja hanya palkonnya yang dia benamkan dalam memekku, tapi digetarkan pelan. Sementara dia menggeluti leher, kemudian lengan dan ketekku sampe aku menggelinjang gak keruan. Tiba2 dia menekan kontolnya sehingga masuk semuanya ke memekku, rasanya kaya terbang aja aku. Memekku jadi sesek kesumpel kon tol yg gede dan panjangnya banget itu. “Auwww!” pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di dalam memekku tanpa bergerak sedikit pun. “Sakit om… Nakal deh… ” kata ku sambil meremas punggungnya dengan kerasnya.

Dia mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk memekku. “gimana Mey, sakit?” tanyanya.“Sssh… enak sekali… Barang om besar dan panjang sekali… sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang me mek Memey…,” jawabku. Dia terus memompa memekku pelan2. Toket dan pentilku yang sudah mengeras yang menempel didadanya ikut tergesek2 karena pompaannya. Terasa banget terobosan yang dilakukan kontolnya pada dinding memekku, nikmatnya banget deh, susah aku nulisnya dengan kata2.

Kemudian dia mengangkat ke 2 kakiku, Sambil menjaga agar kontolnya tidak tercanut dari memekku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan di bahunya sementara betis kiriku diciumi sambil terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku. Puas dengan betis kiri, betis kanan dapet giliran yang sama, sementara betis kiriku ditumpangkan pada bahunya. Hali itu dia lakukan beberapa kali sambil tetap mengenjotkan kontolnya pelan kluar masuk memekku. Pinter bener si om mengolah tubuhku dan memberi aku kenikmatan yang belon perna kuperoleh dari cowokku.

Setelah puas dengan cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua toketku. Masih dengan kocokan kontol perlahan di memekku, tangannya meremas-remas toketku. Kadang kedua pentilku diplintir2 pelan2. Aku merintih saking nikmatnya. Mataku merem-melek, dan alisku mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. “Ah… om, geli… ngilu om,… Sssh… terus om,… kon tol om membuat memek Memey merasa enak sekali… Nanti jangan disemprotkan di luar ya om. Nyemprot di dalam saja… Memey sedang tidak subur…” Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholnya di memekku. Rintihanku sepertinya menyemangati dia, aku makin dibuat merem melek karena enjotan kontolnya yang makin cepat aja di memekku. "Sssh… Mey… enak sekali memekmu…” “Ya om, Memey juga merasa enak sekali… terusss… om, terusss…” Dia makin mempercepat enjotan kontolnya di memekku. "Om, Memey dah mo nyampe om ... dikit lagi om ... keluarion sama2 ya om". aku makin ngoceh gak keruan. Dia terus aja mengenjotkan kontolnya kluar masuk memekku dengan cepet. Memekku menjadi makin berdenyut2 meremas kontolnya yang terus ngebor dengan cepatnya. "Om.....", rintih ku, Aku memegang kedua lengannya. Dia makin cepet aja mengenjotkan kontolnya sambil merem melek. Rupanya dia sangat menikmati denyutan memekku yang seperti ngemut palkonnya didalem. “Om… ah-ah-ah-ah-ah… Enak om… Memey dah mau keluar om.....". Memekku makin berdenyut dan menjepit kontolnya dengan kuat, aku makin meremas lengannya sampe akhirnya cairan kenikmatan menyembur dari dalam memekku membuat kontolnya terasa hangat. Mataku membeliak-beliak dan tubuhku mengejang. Dia menghentikan genjotannya. Aku terpejam beberapa saat menikmati puncak orgasmeku.

Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tanganku pada lengannya perlahan-lahan mengendur. Kelopak mataku pun membuka, memandangi wajahnya. Sementara jepitan dinding memekku pada kontolnya berangsur-angsur melemah. walaupun kontolnya masih tegang dan keras. Kedua kakiku diletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka. Dia kembali menindih tubuh telanjang ku dengan mempertahankan agar kontol yang tertanam di dalam memekku tidak tercabut. “Om… luar biasa… Memey kaya terbang ke langit ke tujuh,” kata ku dengan mimik wajah penuh kepuasan. “Cowok Memey blon pernah membuat Memey ke puncak orgasme seperti ini.”

dia kembali mendekap tubuhku. Kontolnya mulai bergerak keluar-masuk lagi di memekku namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding memekku secara berargsur-angsur mulai berdenyut meremas-remas kontolnya. “Sekarang giliran om ngecret di memek Memey… Sssh…,” aku mulai mendesis-desis lagi. Bibirnya mulai memagut bibirku dan melumatnya dengan gemas. Dia bertumpu pada tangan kirinya sedang tangan kananya sibuk meremas2 toketku dan memijit2 pentilnya sesuai dengan irama kluarmasuknya kontolnya di memekku. “Sssh… enak om… Terus,” aku mendesis setelah dia melepaskan kulumannya pada bibirku.

Kembali dia melumat bibirku dengan penuh napsu sambil mempercepat genjotan kontolnya di memekku. Karena ada cairan nikmat dalam memekku, keluar-masuknya kontolnya pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Aku terus aja ber ah uh ria saking nikmatnya, napsuku dah naik tinggi lagi karena enjotannya. Terasa kontolnya makin keras aja. Dia memeluk aku, tangannya menyusup ke bawah lewat ketekku. Aku pun memeluk punggungnya dan mengusap2nya. Keluar-masuknya kontolnya ke dalam memekku sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, kontolnya dihunjamkan keras-keras agar menusuk memekku sedalam-dalamnya. Aku sampai membeliak kalo kontolnya nancep dalem banget, "Ak.." memekku meremas kontolnya dengan makin keras aja. Sementara pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar memekku, kontolnya dijaga agar kepalanya tetap tertanam di lobang memekku, “Hhh…”

Dia terus menggenjot memekku dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Remasan dinding memekku makin kuat ke kontolnya. Aku meremas punggungnya kuat2 ketika dia menghunjamkan kontolnya sedalam2nya di memekku. Tersedngan seperti serenade aja " "Plak, plak, plak dari beradunya pangkal paha kami, Srot srt, srot srt, bunyi kecipak dari dalem memkku karena diaduk2 kontolnya dan suara ah uh yang keluar dari mulutku. Memekku makin mengempot kontolnya, "Mey, memekmu hebat banget empotannya, aku blon perna ngerasain empotan memek kaya gini". "Iya om... terus om... nikmat banget deh".Dia makin cepat dan keras menghunjamkan kontolnya kedalam memekku, "Mey, aku...."

"Om, Memey mo nyampe lagi, bareng om...." Dan kontolnya mengejang dan berdenyut dengan hebatnya, dia gak bisa nahan lebih lama lagi, apalagi memekku meremas kontolnya dengan sangat keras, "Om, Memey mo keluar lagi om....." , terasa banget semburan cairan nikmatku membasahi kepala kontolnya yang masih perkasa. Tubuhku mengejang dan mataku membeliak2. Dia merengkuh tubuhku kuat2 dan "crot ... crot.... pejunya menyembur dengan dahsyat kedalam memekku. Dia membenamkan wajahnya dileherku saking nikmatnya.

Beberapa saat lamanya akami terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali, Dia masi menyemptotkan sisa pejunya yang tersisa dalam kontolnya, kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan tubuh kami pun mengendur kembali. dia kemudian menciumi leherku dengan lembutnya, sementara aku mengusap-usap punggungnya dan mengelus-elus rambutnya. “Makasi ya om, nikmat banget deh dientot om, mana kontol om gede banget, sesek deh memek Memey kemasukan kontol om. Kalo om amblesin sampe mentok om, masi ada ronde kedua kan om". "Ketagihan kontolku ya Mey, ya masih lah, ngentotin memek kamu yang bisa ngempot mana puas kalo cuma seronde". Dia menutup pembicaraan kita dengan ciuman mesra.

Dia mencabut kontolnya setelah melemas, penuh berlumuran lendir memekku dan pejunya sendiri, dia berbaring disebelahku, mendekapku yang meletakkan kepalaku didadanya. Setelah semuanya usai, dia mengajak aku ke kamar mandi yang menyatu dengan kamar tidur. ada bathtub dan shower selain wc dan wastafel dengan kaca besar. Di kamar mandi, kembali dia memeluk danmmencium bibirku, kali ini lembut sekali ciumannya. "Mey, kamu tu sibilang bule bukan padahal mama kamu bule ya". "Ya gak papa, yang penting om suka kan". "Banget, jutru tampang kamu sedikit kebulean bikn aku tambah napsu ma kamu"
“Yuk...kita sambil berendam aja om” Ia merebahkan diri ke dalam bathtub, keran air panas dan air dingin kubuka maksimal, kutuangkan bubble bath kedalam air yangmulai memenuhi bathtub. Dia mematikan keran air dingin untuk menambah kegangatan airnya. Aku dengan perlahan mengocok dan mengurut kontolnya di antara busa-busa sabun dan air hangat. Aku duduk di antara dua kakinya sambil masih terus mengurut dan mengocok kontolnya. Dia hanya memejamkan mata menikmati setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya. Rasa geli yang nikmat ia rasakan setiap gerakan lembut tanganku beraksi naik turun memainkan dan mengocok kontolnya yang telah ngaceng maksimal itu. "Om kuat amir ya napsunya, baru ja muncrat segitu banyaknya di memek Memey sekarang ngacengnya dah keras kaya gini". "Kan kamu pengen ronde kedua, ya kita mulai aja Mey".

Lalu ia menarik bahuku dan membalikkan badanku ke arah badannya. Dipeluknya aku dari belakang. Kini gilirannya untuk memberikan kenikmatan buat aku. Tangannya memainkan toketku dengan jalan meremas, meraba dan memilin-milin lembut pentilku dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya juga tidak tinggal diam, memainkan paha dan selangkanganku. Aku mengerang, mendesis dan melenguh. Hidung dan lidahnya menciumi dan menjilati daerah di belakang daun telingakuu dan sekitar tengkukku. Jarinya memilin dan memencet-mencet lembut itil dan bibir memekku. "Oohhhhhh....om, enak ...terushhh..." desahku. Sementara dia menciumi leher dan meremas lembut toketku, aku kembali mengocok kontolnya. Dia memutar wajahku kebelakang dan lantas bibir kami bertemu, saling pagut, saling gigit, lidah kami berbelitan dan air ludah mereka bercampur.

Akhirnya setelah seperempat jam, kami menyudahi permainan yang penuh gairah itu karena kulit kami mulai keriput disebabkan oleh terlalu lamanya kami berendam dalam air bubble bath. Kami berdiri, dia kembali memeluk dan mencium bibirku dalam posisi saling mendekap. Kontolnya yang sangat keras itu terjepit diantara perutku dan perutnya. Aku memutar kran shower untuk membilas tubuh kami. Di bawah derai siraman air shower, kami kembali berpelukan dan berciuman lagi. Saling meraba, saling mengelus dan menyusuri tubuh masing-masing. Rupanya dia sudah napsu lagi. Ia menaikkan satu kakiku ke pinggir bathtub dan mengarahkan kontolnya ke memekku. sambil tangan kirinya memilin-milin pentil kananku, dia menggeser-geserkan palkonnya pada itilku. Perlahan, dia mendorong masuk kontolnya ke dalam memekku. Pelan.. lembut.. perlahan.. sambil terus mengulum bibirku. Aku mendekap si omi sambil mendesis di sela-sela ciuman kami.

Akhirnya amblaslah kira-kira tiga per empat dari panjang kontolnya, dia mulai maju-mundur menggenjot memekku. Aku memejamkan matanya sambil terus mendesis dan melenguh. Aku memeluknya semakin kencang. Dia mengayunkan pantatnya semakin cepat dengan tusukan-tusukan dalam yang ia kombinasikan dengan tusukan-tusukan dangkal. Aku membantu dengan putaran pinggul, membuat kontolnya seperti disedot dan diputar oleh memekku. Guyuran air shower menambah erotis suasana dan nikmatnya sensasi yang kami alami. Dia merasakan memekku semakin licin dan semakin mudah baginya untuk melakukan tusukan-tusukan kenikmatan yang kami rasakan bersama.

Setelah agak lama melakukan posisi ini, dia melepaskan kontolnya dari memekku, aku disuruhnya membalik badanku, agak membungkuk, menahan tubuhku dengan berpegangan pada dinding kamar mandi. Rupanya dia ingin merasakan posisi dogi. Memekku yang berwarna merah jambu sudah membuka, menantang, dan terlihat licin basah. Perlahan dia memasukkan kontolnya yang masih tegang kaku dan keras ke dalam memekku. “Aaaahh....,” desisku dengan tubuh mengejang. Dia mulai mengayunkan pantatnya maju-mundur, menusuk-nusuk memekku. Aku merapatkan kedua kakiku sehingga kontolnya semakin terjepit di dalam memekku. Dia merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sensasi yang sukar dilukiskan dengan kata-kata setiap kali ia menghujamkan kontolnya. Tangannya meremas-remas pantatku bergantian dengan remasan-remasan pada toketku. Sesekali, ia menggigit-gigit kecil di daerah sekitar tengkuk dan pundakku.

Kembali dia merubah posisi, badanku dibalikkan sehingga berhadapan dengannya. Diciumnya kembali bibirku dengan penuh napsu, aku mencengkeram erat punggungnya, merapatkan tubuhku pada tubuhnya dan meraih kontolnya yang masi sangat keras. Diamengangkat kaki kiriku dan mengarahkan kontolnya ke memekku. Dengan sekali dorong kontolnya kembali memasuki memekku yang sudah sangat berlendir itu. Setelah kontolnya masuk, diapun menyentak-nyentak kontolnya lagi, semakin keras, semakin cepat dan bertenaga. Kami semakin lepas kontrol, erangan kami sahut-menyahut berpadu dengan suara shower akibat dilanda nikmat yang luar biasa. “Aaaarrgghh….Terus entotin memek Memey om, ... yah…gituuuuu…yang keras….oohhhh, kontol om enak bangettt!” lenguhku tidak karuan. Dia semakin kuat menyodokkan kontolnya ke dalam memeku. Seiring dengan semakin kuatnya rintihan dan eranganku, aku merasakan klimaks yang sudah sangat dekat. "Memey keluaarr om ... Aaagghh..!" seruku sambil memeluk dia erat-erat. Aku merasakan memekku berdenyut-denyut seperti menghisap-hisap kontolnya.

Dia merasakan tubuhku yang menjadi lemas setelah mengalami orgasme. Namun ia masih saja memompa kontolnya sambil menyangga tubuhku. Mulutnya menghisap-hisap pentilku kiri-kanan sambil lidahnya berputar-putar pada ujungnya. Sesekali jarinya meraba dan memutar-mutaritilku. Aku hanya bisa ber ah uh saja sambil mencium bibirnya. Setelah beberapa saat, mendadak aku mengejang lagi, melenguh dan mengerang, "Aaagghh..! Ooohh om... Memey keluaarr lagii.." Akuu engalami orgasme yang kedua kalinya. Aku mencium bibirnya dengan ganasnya sebagai ekspresi kenikmatan orgasme yang kuraih.

"Mey..tahan ya.. aku juga mau keluar sedikit lagi.." katamya sambil memacu pantatnya lebih cepat lagi menghujam memekku. Aku hanya bisa pasrah. Akhirnya, dia pun mendekap tubuhku dengan erat, "Mey... aku keluar...." Kontolnya terasa berdenyut2 didalam memekku. Aku menjerit kecil merasakan semburan hangat memenuhi memekku memberinya sensasi nikmat yang luar biasa. "Om dah ngecret yang kedua, masi aja banyak pejunya, hebat banget deh om, bisa bikin Memey nikmat tapi juga lemes". "Tapi kamu suka kan". "Banget". "Dah jadi cewekku aja, phk ja cowokmu, lebi nikmat maen ma aku kan". Aku cuma senyum ja, harus kuakui si om jago banget mengolah tubuhku sehingga aku bisa terkapar dua kali seblon dia muncratin pejunya. Dia menatap wajahku. "Kamu makin cantik aja Mey kalo lagi nyampe, palagi basah2an dibawah shower gini". "Iya om, sensasional banget deh maen ma om dibawah shower". Dia mencium lembut keningku. Ketika mencuci kontolnya di bawah shower. Aku memeluknya dari belakang dan membantu mencuci kontolnya. Gantian dia juga membantu membesrihkan toket dan memekku dari bekas2 pergumulan dahsyat yang baru aja selesai itu. Setelah selesai mandi bareng, kami saling mengeringkan diri dengan handuk.

Aku kembali diciumnya dan badanku dibopongnya menuju tempat tidurnya yang berukuran queen sizek. Diletakkannya tubuh telanjang ku perlahan di tempat tidur. Diaa ciumi sekujur tubuhku. Setelah puas, dia berbaring di sebelahku, tangannya mendekap tubuhku dan mulutnya menciumi di sekitar daun telingaku sambil tangannya mengelus-elus punggungku. Tak lama kemudian aku tertidur dengan senyum di bibir. Dia mengecup lembut bibirku, lalu ikut tidur di sampingku, beredekapan, telanjang.

Keesokan pagi dia terbangun karena aku yang bangun duluan sedang meraba-raba dadanya dan ciuman di keningnya. Aku mengecup bibirnya perlahan dan kami pun terlibat dalam sebuah ciuman hangat. Tangannya mengelusi punggungku sementara Aku mengelus-elus rambutnya. Aku mulai menciumi sekujur tubuhnya, menjilati dadanya dan menggelitiki putingnya dengan lidahku. Tanganku menjalari sekujur tubuhnya dan meraba-raba kontolnya, memainkannya, mengelus dan mengurutnya sehingga kontol itu pun bangun dari tidurnya. Aku tersenyum. Perlahan, kususuri perut, pusar dan pinggangnya dengan lidah. “Eeemmhh...Mey” desahnya yang merasakan geli-geli nikmat yang membuatnya merinding. Dia mengusap-usap kepalaku dengan penuh kelembutan. Disisirnya rambutku dengan jarinya dan sesekali diraba-raba tengkuk dan balik telingaku. Romantis banget si om pagi ini.

Perlahan jilatan lidahku semakin turun ke arah selangkangannya. Kugenggam kontolnya mulai menjilati daerah pangkalnya. Kususuri kontolnya dengan lidahnyaku hingga ke ujungnya yang bersunat. Aku memutar-mutar ujung lidahku ke arah lubang dan sekitarnya pada ujung palkonnya. Dari ujung kontolnya, aku kembali menyusurinya hingga ke bawah, menjilat-jilat buah pelirnya, sesekali mengecup dan agak menghisapnya. Rasa aneh antara sakit, geli, dan enak membuat dia menggeliat-geliat. "Enakkhh...Mey...geli...uuhh" desahnya sambil meremasi rambutku.

Aku memandangmya dengan pandangan mata yang menggemaskan. Tiba-tiba akuu berhenti melakukan emutanku. Aku mendekati wajahnya. Mencium bibirnya dengan mesra dan lembut . Kemudian aku membalikkan badan dan membelakanginya, seperti posisi "69". Aku memegang kontolnya. mulai menghisap, mengulum dan menjilatinya. Dia memegangi dan mengelus pantatku dengan kedua tangannya. Ia arahkan memekku ke arah mulutnya. Dijilatinya bibir memekku dan daerah sekitarnya. Aku mengerang di antara hisapan-hisapannya pada kontolnya. Memekku mulai licin dan basah. Dia mendapati sebuah tonjolan kecil di antara belahan bibir memekku, dijilatinya benda itu, itilku. Aku pun mengerang dan mendesis, sejenak melepaskan kontolnya dari mulutnya. Dia menjilat dengan lembut dan sesekali lidahnya menggeser-geser itilku. Aku mendongakkan kepala dan mendesis-desis kenikmatan sambil menggoyang-goyangkan pantatku. "Oooh om... jilatannya enak bangethhh!" eranganku..


Aku mengurut dan mengocok kontolnya makin cepat sambil kuemut ujungnya. Kedua tangannya tidak tinggal diam saat lidahnya beraktivitas. Terkadang jarinya menggaruk mesra punggungku dengan lembut, atau meraba, mengusap dan memainkan toketku yang menggantung .di atas perutnya. Setelah beberapa lama saling menjilat, menghisap dan menikmati permainan ini, akuu beranjak dari posisinya. sambil memegang kontolnya yang tegang tegak kaku menghadap langit-langit, aku mengangkangi dia sambil memunggunginya. Aku mengarahkan kontolnya ke memekku. Dia menggeser-geserkan palkonnyanya di itilku untuk membantu kontolnya masuk. Aku memejamkan mata sambil mendesah saat kontolnya memasuki lmemekku yang sudah licin basah. Pelan.. lembut.. aku perlahan menurunkan pantatku, membuat kontolnya masuk semakin dalam. Terus turun hingga akhirnya mentok dan menyisakan kira-kira seperempat dari panjang kontolnya. Aku agak terpekik saat palkonnya menyentuh mulut rahimnya.ku, ketika permaenan semalem dan dikamar mandi ini gak terjadi.

Aku mulai menggoyangkan pantatku naik-turun-naik-turun. Pada mulanya perlahan hingga beberapa gerakan, akhirnya semakin cepat. Kami menikmati sensasi yang luar biasa saat kontolnya dan memekku menyatu dan saling bergesekan. Aku berulang kali mendesah, melenguh, mendesis, meracaukan kata-kata yang tak jelas. Dia juga menikmatinya dengan pikiran yang melayang meresapi rasa geli dan nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya.

Beberapa menit kemudian, dia mengangkat badannya sekitar 45 derajat dan bersandar pada kepala tempat tidur. Aku sambil membelakanginya bertumpu pada pahanya dan terus mengayuh tubuhku naik-turun pada selangkangannya dan kuvariasikan dengan memutar-mutar pinggulku. "Aaaghh.. Mey.." teriaknya sambil memegangi pinggangku karena kontolnya serasa dipelintir ketika aku meliuk-liukkan tubuhnya. Dia meraih tubuhku dari belakang. Dia remas-remas lembut kedua toketku yang mengeras. Pentilku dipilin2nya dengan mesra. Aku menghentikan sejenak ayunan pantatku. Aku mendesah, mendesis. Dia merasakan kontolnya dan memekku sama-sama berdenyut-denyut. Diciuminya tengkukku, sesekali digigit-gigit ringan tengkuk, bahu kanan, dan belakang telingaku.

“Putar badanmu Mey", dia memintaku untuk membalikkan posisinya. Aku berbalik tanpa melepaskan kontolnya dari memekku. Dia merasa kontolnya seperti ada yang memuntir. Sekarang kami berhadapan, saling memeluk, saling meraba. Dia merasakan kontolnya masih berdenyut-denyut di dalam lmemekku yang juga terasa berdenyut-denyut seperti menghisap kontolnya. Kami kembali berpagutan, saling menggigit, menghisap dan mengulum. Tangan dan jemarinya dengan lincahnya bergerak di sekujur badanku, membuat aku kegelian dan merinding. Sekitar setengah jam dalam posisi demikian, akhirnya dia merasakan ada sensasi luar biasa berupa dorongan pejunya yang dah mau muncrat. Dia mengerang dan mengatur napasnya. "Mey sayang...aku hampir keluar sedikit lagi.." katanya terengah-engah. Aku seneng banget dia menyebutku sayang. "Barengan ya om" jawabnya lalu memagut bibirnya. Dia membalas ciumanku. Kami sama-sama diam dalam posisi berciuman sambil terus memacu tubuh.

“Aaaaahhhhh....!!” erangnya melepas ciuman. “Iyaahhhh....teruusss.....,” aku juga merasakan hal yang sama. Akhirnya kami sama2 mengejang, pejunya menyemprot dengan dahsyat bersamaan dengan aku mencapi orgasmeku. Aku rubuh menindih tubuhnya, kami terdiam dengan nafas naik turun. Ayu menatap wajahnya, tersenyum penuh arti dan kemudian mencium keningnya. Diabalas memagut kecil daguku. Tak lama, aku melepaskan kontolnya dari memekku dan berbaring bersebelahan. “Istirahat dulu yuk, abis ini kita makan!” kataku. Kami berpelukan sambil masih dalam kondisi sama-sama telanjang bulat.

Sehabis itu, kami masuk kamar mandi, membersihkan diri dibawah shower, sikat gigi dan dia mengenakan pakeannya kembali. "Aku mesti ngantor Mey, kamu kan juga mesti skolah". "Dah telat om". "Gak papa, nanti aku call skolah kamu kasi tau kamu gak enak badan, jadi ke dokter dulu seblon skolah, jadi datengnya terlambat. aku kebelakang minta disediakan sarapan oleh pembantu, ranjang ku acak2 supaya terlihat bahwa semalem kami tidur di ranjang masing2 oleh pembantu. Setelah semuanya selesai, kami berangkat bersama. Dia dah call skolah ngasi tau aku dateng terlambat. Sebelon balik kerumahnya dia ngedrop aku di skolah. "Kapan lagi kita maen om". "Kapan aja kamu mau, aku siap Mey", dia mencium bibirku lembut ketika aku turun dari mobilnya.

- Tamat -

Kenikmatan Jepitan Susu Lidya

Kenikmatan Jepitan Susu Lidya

Lega rasanya aku melihat pagar rumah kosku setelah terjebak dalam kemacetan jalan dari kampusku. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 21.05 yang berarti aku telah menghabiskan waktu satu jam terjebak dalam arus lalu-lintas Jakarta yang begitu mengerikan. Setelah memarkir mobilku, bergegas aku menuju ke kamarku dan kemudian langsung menghempaskan tubuh penatku ke ranjang tanpa sempat lagi menutup pintu kamar.

Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh ketukan pada pintu kamarku yang disertai dengan teriakan nyaring dari suara yang sudah sangat aku kenal.

"Ko, loe baru pulang yah?" gelegar suara Voni memaksa mataku untuk menatap asal suara itu.
"iya, memangnya ada apa sih teriak-teriak?" jawabku sewot sambil mengucek mataku.

"Ini gue mau kenalin sepupu gue yang baru tiba dari Bandung" jawabnya sambil tangan kirinya menarik tangan seorang cewek masuk ke kamarku.

Kuperhatikan cewek yang disebut Voni sebagai sepupunya itu, sambil tersenyum aku menyodorkan tangan kananku kearahnya "Hai, namaku Riko"

"Lydia" jawabnya singkat sambil tersenyum kepadaku.

Sambil membalas senyumannya yang manis itu, mataku mendapati sesosok tubuh setinggi kira-kira 165 cm, walaupun dengan perawakan sedikit montok namun kulitnya yang putih bersih seakan menutupi bagian tersebut.

"Riko ini teman baik gue yang sering gue ceritain ke kamu" celetuk Voni kepada Lydia.

"Oh.."

"Nah, sekarang kan loe berdua udah tau nama masing-masing, lain kali kalo ketemu kan bisa saling memanggil, gue mau mandi dulu yah, daag.." kata Voni sambil berjalan keluar dari kamarku.

Aku menanggapi perkataan Voni barusan dengan kembali tersenyum ke Lydia.

"Cantik juga sepupu Voni ini" pikirku dalam hati.

"Lydia ke Jakarta buat liburan yah?" tanyaku kepadanya.

"Iya, soalnya bosen di Bandung melulu" jawabnya.

"Loh, memangnya kamu nggak kuliah?"

"Nggak, sehabis SMA aku cuma bantu-bantu Papa aja, males sih kuliah."

"Rencananya berapa lama di Jakarta?"

"Yah.. sekitar 2 minggu deh"

"Riko aku ke kamar Voni dulu yah, mau mandi juga "

"Oke deh"

Sambil tersenyum lagi dia berjalan keluar dari kamarku. Aku memandang punggung Lydia yang berjalan pelan ke arah kamar Voni. Kutatap BH hitamnya yang terlihat jelas dari balik kaos putih ketat yang membaluti tubuhnya yang agak bongsor itu sambil membayangkan dadanya yang juga montok itu. Setelah menutup pintu kamarku, kembali kurebahkan tubuhku ke ranjang dan hanya dalam sekejab saja aku sudah terlelap.

"Ko, bangun dong"

Aku membuka kembali mataku dan mendapatkan Voni yang sedang duduk di tepi ranjangku sambil menggoyangkan lututku.

"Ada apa sih?" tanyaku dengan nada sewot setelah untuk kedua kalinya dibangunkan.

"Kok marah-marah sih, udah bagus gue bangunin. Liat udah jam berapa masih belom mandi!"

Aku menoleh ke arah jam dindingku sejenak.

"Jam 11, emang kenapa kalo gue belum mandi?"

"Kan loe janji mau ngetikin tugas gue kemaren"

"Aduh Voni.. kan bisa besok.."

"Nggak bisa, kan kumpulnya besok pagi-pagi"

Aku bergegas bangun dan mengambil peralatan mandiku tanpa menghiraukan ocehan yang terus keluar dari mulut Voni.

"Ya udah, gue mandi dulu, loe nyalain tuh komputer!"

*****

Tulisan di layar komputerku sepertinya mulai kabur di mataku.

"Gila, udah jam 1, tugas sialan ini belum selesai juga" gerutuku dalam hati.

"Tok.. Tok.. Tok.." bunyi pintu kamarku diketok dari luar.

"Masuk!" teriakku tanpa menoleh ke arah sumber suara.

Terdengar suara pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan keras sehingga membuatku akhirnya menoleh juga. Kaget juga waktu kudapati ternyata yang masuk adalah Lydia.

"Eh maaf, tutupnya terlalu keras" sambil tersenyum malu dia membuka percakapan.

"Loh, kok belum tidur?" dengan heran aku memandangnya lagi.

"Iya nih, nggak tau kenapa nggak bisa tidur"

"Voni mana?" tanyaku lagi.

"Dari tadi udah tidur kok"

"Gue dengar dari dia katanya elo lagi buatin tugasnya yah?"

"Iya nih, tapi belum selesai, sedikit lagi sih"

"Emang ngetikin apaan sih?" sambil bertanya dia mendekatiku dan berdiri tepat disamping kursiku.

Aku tak menjawabnya karena menyadari tubuhnya yang dekat sekali dengan mukaku dan posisiku yang duduk di kursi membuat kepalaku berada tepat di samping dadanya. Dengan menolehkan kepalaku sedikit ke kiri, aku dapat melihat lengannya yang mulus karena dia hanya memakai baju tidur model tanpa lengan. Sewaktu dia mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya, aku dapat melihat pula sedikit bagian dari BHnya yang sekarang berwarna krem muda.

"Busyet.. loe harum amat, pake parfum apa nih?"

"Bukan parfum, lotion gue kali"

"Lotion apaan, bikin terangsang nih" candaku.

"Body Shop White Musk, kok bikin terangsang sih?" tanyanya sambil tersenyum kecil.

"Iya nih beneran, terangsang gue nih jadinya"

"Masa sih? berarti sekarang udah terangsang dong"

Agak terkejut juga aku mendengar pertanyaan itu.

"Jangan-jangan dia lagi memancing gue nih.." pikirku dalam hati.

"Emangnya loe nggak takut kalo gue terangsang sama elo?" tanyaku iseng.

"Nggak, memangnya loe kalo terangsang sama gue juga berani ngapain?"

"Gue cium loe ntar" kataku memberanikan diri.

Tanpa kusangka dia melangkah dari sebelah kiri ke arah depanku sehingga berada di tengah-tengah kursi tempat aku duduk dengan meja komputerku.

"Beneran berani cium gue?" tanyanya dengan senyum nakal di bibirnya yang mungil.

"Wah kesempatan nih" pikirku lagi.

Aku bangkit berdiri dari dudukku sambil mendorong kursiku sedikit ke belakang sehingga kini aku berdiri persis di hadapannya.

Sambil mendekatkan mukaku ke wajahnya aku bertanya " Bener nih nggak marah kalo gue cium?"

Dia hanya tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaanku.

Tanpa pikir panjang lagi aku segera mencium lembut bibirnya. Lydia memejamkan matanya ketika menerima ciumanku. Kumainkan ujung lidahku pelan kedalam mulutnya untuk mencari lidahnya yang segera bertaut dan saling memutar ketika bertemu. Sentuhan erotis yang kudapat membuat aku semakin bergairah dan langsung menghujani bibir lembut itu dengan lidahku.

Sambil terus menjajah bibirnya aku menuntun pelan Lydia ke ranjang. Dengan mata masih terpejam dia menurut ketika kubaringkan di ranjangku. Erangan halus yang didesahkan olehnya membuatku semakin bernafsu dan segera saja lidahku berpindah tempat ke bagian leher dan turun ke area dadanya.

Setelah menanggalkan bajunya, kedua tanganku yang kususupkan ke punggungnya sibuk mencari kaitan BH-nya dan segera saja kulepas begitu aku temukan. Dengan satu tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih mulus dengan pentil pink yang kecil segera terpampang indah didepanku. Kuremas pelan dua susunya yang besar namun sayang tidak begitu kenyal sehingga terkesan sedikit lembek.

Puting susunya yang mungil tak luput dari serangan lidahku. Setiap aku jilati puting mungil tersebut, Lydia mendesah pelan dan itu membuatku semakin terangsang saja. Entah bagaimana kabar penisku yang sedari tadi telah tegak berdiri namun terjepit diantara celanaku dan selangkangannya.

Putingnya yang kecil memang sedikit menyusahkan buatku sewaktu menyedot bergantian dari toket kiri ke toket kanannya, namun desahan serta gerakan-gerakan tubuhnya yang menandakan dia juga terangsang membuatku tak tahan untuk segera bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak.

Namun ketika aku hendak melepas celananya, tiba-tiba saja dia menahan tanganku.

"Jangan Riko!"

"Kenapa?"

"Jangan terlalu jauh.."

"Wah, masa berhenti setengah-setengah, nanggung nih.."

"Pokoknya nggak boleh" setengah berteriak Lydia bangkit dan duduk di ranjang.

Kulihat dua susunya bergantung dengan anggunnya di hadapanku.

"Kasihan ama ini nih, udah berdiri dari tadi, masa disuruh bobo lagi?" tanyaku sambil menunjuk ke arah penisku yang membusung menonjol dari balik celana pendekku.

Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja Lydia meloroti celanaku plus celana dalamku sekalian.

Aku hanya diam ketika dia melakukan hal itu, pikirku mungkin saja dia berubah pikiran.

Tetapi ternyata dia kemudian menggenggam penisku dan dengan pelan mengocok penisku naik turun dengan irama yang teratur.

Aku menyandarkan tubuhku pada dinding kamar dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Lydia tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tetapi semakin lama semakin cepat.

Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.

"Lyd.. mau keluar nih.." lirih kataku sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan ini.

"Bentar, tahan dulu Ko.."jawabnya sambil melepaskan kocokannya.

"Loh kok dilepas?" tanyaku kaget.

Tanpa menjawab pertanyaanku, Lydia mendekatkan dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan dua susunya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gunung kembar itu membuatku terkesiap menahan napas. Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya.

Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi.

"Enak nggak Ko?" tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku.

"Gila.. enak banget Sayang.. terus kocok yang kencang.."

Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah pahanya yang mulus. Sesekali memutar arah ke bagian belakang untuk merasakan pantatnya yang lembut.

"Ahh.. ohh.." desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya.

Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan.

"Lyd.. aku keluar.."

Tanpa bisa kutahan lagi semprotan lahar panasku yang kental segera menyembur keluar dan membasahi lehernya dan sebagian area dadanya. Seluruh tubuhku lemas seketika dan hanya bisa bersandar di dinding kamar. Aku memandang nanar ke Lydia yang saat itu bangkit berdiri dan mencari tissue untuk membersihkan bekas spermaku. Ketika menemukan apa yang dicari, sambil tersenyum lagi dia bertanya

"Kamu seneng nggak"

Aku mengangguk sambil membalas senyumannya.

"Jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi sama Voni" katanya memperingatkanku sambil memakai kembali BH dan bajunya yang tadi kulempar entah kemana.

"Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti kamu nggak mau lagi ngocokin gue"

Lydia kembali hanya tersenyum padaku dan setelah menyisir rambut panjangnya dia pun beranjak menuju pintu.

"Gue bersih-bersih dulu yah, abis itu mau bobo" ujarnya sebelum membuka pintu.

"Thanks yah Lyd.. besok kesini lagi yah" balasku sambil menatap pintu yang kemudian ditutup kembali oleh Lydia.

Aku memejamkan mata sejenak untuk mengingat kejadian yang barusan berlalu, mimpi apa aku semalam bisa mendapat keberuntungan seperti ini. Tak sabar aku menunggu besok tiba, siapa tahu ternyata bisa mendapatkan lebih dari ini. Mungkin saja suatu saat aku bisa merasakan kenikmatan dari lubang surga Lydia, yang pasti aku harus ingat untuk menyediakan kondom di kamarku dulu.

TAMAT

Kaki Hangat Bantu Wanita Orgasme

Kaki Hangat Bantu Wanita Orgasme

Pijatan kaki bisa meningkatkan kemungkinan perempuan mencapai orgasme.
Saat Anda dan suami beranjak ke atas ranjang untuk bermesraan, apa yang pertama kali Anda lakukan? Bercumbu, saling elus, atau silih tatap? Umumnya hal-hal memula adegan panas Anda dan dia berpusat di bagian atas tubuh. Akan tetapi, tahukah Anda, bagian terbawah tubuh, yakni kaki, juga perlu perhatian lebih? Mengapa? Karena kaki punya peran penting dalam pencapaian orgasme.
Pernah merasa kaki Anda dingin karena AC atau udara malam dan Anda suka menyisipkan kaki di dalam silang kakinya? Hal itu adalah salah satu pertanda bahwa kaki Anda juga butuh kehangatan. Kaki yang hangat adalah salah satu hal yang membuat seorang perempuan merasa nyaman, terutama saat tanpa busana. Hal yang baru diketahui lebih lanjut, kaki yang hangat bisa mendorong kesuksesan perempuan mencapai orgasme.
Menurut penelitian yang dilangsungkan di University of Groningen, Belanda, kaki perempuan yang hangat saat bercinta bisa membantunya meningkatkan kemungkinan mencapai orgasme hingga 30 persen. Salah satu cara yang bisa Anda lakukan adalah mengenakan kaus kaki saat akan naik ke ranjang. Cara lain yang sekaligus meningkatkan kehangatan suasana adalah memintanya memijat kaki Anda dengan minyak pijat atau baby oil. Minta ia berkonsentrasi pada titik di antara jari-jari kaki Anda dengan tekanan perlahan. Konon bagian tersebut adalah bagian dari titik refleksologi yang bisa meningkatkan gairah. Sebab, bagian tersebut berada dalam lingkup yang berdekatan pada otak, seperti bibir, tangan, kaki, dan area genital. Yang paling dekat adalah kaki dan genital, membuat kedua hal tersebut saling berbagi informasi yang bersifat seksi.

Cerita si irza

Namaku Irza, pada saat kejadian ini terjadi usiaku masih 23 tahun hingga cerita ini kutuliskan kejadian ini masih terjadi dan kini usiaku sudah 26 tahun.

Cerita ini berawal pada saat pertama kali aku menginjakkan kaki di kota Bandung, pada saat itu aku dipindah tugaskan dari Surabaya (tempat tinggalku semula bersama orang tuaku) ke Bandung. Di Bandung aku tidak memiliki sanak saudara maupun kenalan. Sebenarnya perusahaan memberikan sebuah rumah dinas untukku namun karena lokasi rumah tersebut tergolong sepi jadi aku tidak menerimanya.

Kini aku mengontrak sebuah rumah sendiri yang tidak jauh dari kantorku. Rumah kostku berada disebelah salon kecantikan, pokoknya pas deh soalnya banyak cewek-ceweknya. Diantara sekian gadis yang bekerja di salon itu ada yang kusuka, namanya Mila dan kebetulan dia adalah pemilik salon tersebut dan usianya 2 tahun diatasku namun bila begitu Mila selalu memanggilku dengan sebutan "Mas". Salon tersebut sekaligus tempat tinggalnya dan dia tinggal hanya seorang diri.

Mila adalah seorang gadis yang bertubuh sexy, kulitnya putih mulus, rambutnya panjang terurai, bibirnya imut-imut dan yang tak kalah menarik buah dadanya yang begitu montok yang ku tafsirkan sekitar 36b sehingga serasa mengoda birahiku ditambah lagi dia selalu memakai pakaian ketat nan sexy. Seperti biasanya setiap aku pulang dari kantor sore menjelang malam pasti aku selalu berpapasan dengan Mila karena setiap harinya aku selalu lewat depan salonnya disamping rumahku.

Dia selalu mengedipkan matanya kepadaku sambil sambil berkata, "Hai ganteng baru pulang ya", dan seperti biasanya juga aku meberikan kecupan melambai sambil tersenyum.

Tak jarang aku selalu melamun sendiri sambil memikirkan Mila si gadis ayu nan sexy itu, terlebih lagi saat aku pulang kantor dan mandi sampai peniskupun menegang hingga memuntahkan sperma. Kini tibalah saat yang tak terlupakan seumur hidupku, malam itu sekitar jam 9 Mila datang kerumahku.

Ia minta tolong, katanya, "Mas Irza, tolong donk ke rumah Mila sebentar".
"Emang ada apa, La".
"Lampu kamar Mila putus, tolong pasangin donk dengan yang baru soalnya Mila takut masang sendiri, ntar kesetrum".
"Ah masa kesetrum aja takut, emang Mila nggak pernah kesetrum ya..". Aku sekedar bercanda.
"Tolong donk Mas Irza, sebentarr aja". Mila mengajakku seperti merengek sambil menarik tanganku dan tanpa sengaja buah dadanya yang montok itu menempel di lenganku yang seketika itu pula membuat darah kelelakianku seperti mendidih, namun aku masih dapat menahannya.
"Ok deh.. ntar ya, Mas pake celana dulu". Kebetulan saat itu aku hanya menggunakan kaos dan kain sarung.
"Alahh.. deket aja pun, ngapain sih ganti-ganti segala, emang mau ke pesta".
"Hmm.. ayolah".
Kemudian pada saat baru didepan rumahku setelah mengunci pintu rumahku, aku melihat sepertinya salonnya sudah tutup padahal setahuku biasanya jam 10 salonnya baru tutup.
"La, kok cepet amat salonnya tutup?"
"Ya tadi anak-anak permisi tadi katanya ada urusan".
"Ohoo.. jadi kita hanya berdua donk ntar di rumah kamu, wah asyik nih". Seketika itu juga tiba-tiba terlintas pikiran kotor di benakku.
"Hmm.. awas ya". Dia berkata sambil mencolek pipiku.

Kemudian akupun tersenyum sambil kami melangkah menuju rumahnya, dan setelah sampai di rumahnya Mila langsung mengajakku kekarmarnya untuk memasang lampu kamarnya. Ternyata disitu dia telah menyediakan tangga agar memudahkanku untuk naik dan memasang lampu tersebut. Maka akupun naik ke tangga itu sambil Mila menyenter ke atas untuk menerangi pandanganku ke langit-langit tempat lampu yang akan dipasang.

Karena pada saat itu aku menggunakan sarung, maka pada saat naik memang tidak ada masalah namun pada saat mau turun tiba-tiba sarungnya nyangkut dan tanggapun mulai goyang, untung saja Mila memegang tangga tersebut sehingga tidak masalah, namun kain yang kugunakan terus merosot sampai ke kaki sehingga CD ku kelihatan dan Mila menyaksikan hal tersebut dan dia tertawa.

"Hihi.. Gede juga punya kamu ya".

Lantas aku cepat-cepat turun dari tangga dan kugunakan kembali sarungku.

"Asik ya liat yang gede-gede.. emang kamu naksir ya sama yang gede-gede, pengen rasain nih". Aku berkata sekedar gombal.
"Mau donk"

Kukira semula ucapan Mila hanya main-main saja, namun tiba-tiba setelah menghidupkan lampu yang baru aku pasang tadi lantas ia mendekatiku dan kemudian menari-nari erotis menggoda di depanku.

"Emang kamu aja yang punya gede Mila juga juga punya nih"

Dia terus menari-nari di depanku sambil meremas-remas dengan lembut payudaranya sendiri, dan tiba-tiba secara spontan kucoba untuk menyentuhnya, dan spontan juga dia menghindar, lantas aku hanya menggaruk kepala.

"Aku pulang aja ah, dah malam".
"Segitu aja udah nyerah mau nggak..?".
Dalam hati aku berkata, "Wah, nih cewek kayaknya nantang apa ngetes nih, soalnya mau kusentuh tadi kok malah menghindar". Lantas aku berkata padanya, "Kamu serius nggak nih.."
"Sapa takut.. kemari donk sayang, kita habiskan malam ini hanya berdua".

Langsung saja aku mendekatinya dan kupeluk dia lantas kucium bibirnya dan sarungku pun dengan sendirinya merosot ke bawah namun aku tidak memperdulikannya lagi. Satu persatu pakaian Mila aku lucuti dan saat kubuka bajunya diapun membuka bajuku hingga akhirnya kami berduapun bugil. Terus kucium bibirnya sambil memainkan lidah. Kemudian aku menikmati pemandangan seluruh tubuhnya sambil meraba-raba sekujur tubuhnya. Aku sangat mengagumi payudaranya yang sangat montok dan padat itu. Tampaknya Mila tahu aku memandang buah dadanya dengan mata tak berkedip. Lalu dengan cekatan ia menarik kepalaku ke arah bukit kembar itu, aku langsung menghisap putingnya yang masih berwarna coklat muda itu, Mila mendesah keras. Aku mencoba segala keahlianku dalam memainkan putingnya.

Kuhisap dan kumainkan dengan lidah, sambil membenamkan wajahku dan memutar-mutarnya, Mila kelihatan sangat menyukai permainanku. Selang beberapa lama, dia menarik wajahku yang masih asyik mempermainkan putingnya, kemudian mendorongku agar keranjangnya. Mila mulai menciumi leherku, lalu telingaku. Desahannya makin jelas dan makin merangsangku. Kemudian ciumannya mulai turun kearah puting ku, dan turun terus hingga kepusar, lidahnya sempat singgah disana, sehingga makin membuatku bernafsu mengharapkan kulumannya kearah penisku, akhirnya dia mulai menjilati seluruh batang penisku.

Dihisapnya kuat-kuat batang penisku sehingga membuatku menggelinjang, geli dan nikmat. Lalu dia mempermainkan penisku dengan lidahnya. Aku berusaha bertahan agar tidak menggerakkan penisku. Takut kalau dia tersedak. Akhirnya aku tak tahan hingga mendoronkan penisku agar melesak lebih dalam kekulumannya. Dia agak kaget dan hampir tersedak, kemudian mundur.

"Sori La, aku ngga tahan untuk ngga bergerak, habis nikmat sekali".
"Ngga Papa kok Mas. Punya Mas sih, yang kepanjangan, Mila belum terbiasa yang segini panjang".
Mendengar ucapannya dalam hati aku berfikir, "Wah, nih cewek berarti dah sering juga nih".

Kemudian Mila melepaskan kulumannya dan kali ini terasa kedua payudaranya menindih batang penisku, ia menggesek-geseknya sambil memandangiku sambil tersenyum penuh nafsu. Tak tahan dengan permainannya maka perlahan Mila kudorong hingga duduk di pinggir ranjang lalu kedua pahanya kupegang dan di kangkangkan dan kudorong ke atas sehingga lubang vaginanya menganga dan memerah begitu menggiurkan, aku segera merapat diantara kedua kaki Mila dan kugenggam penisku yang sudah berdiri tegak itu lalu kuarahkan masuk ke lubang vaginanya.. achh.. kepala penisku mendesak masuk diantara bibir kemaluannya.. terus kudorong dan.. blass.. batang penisku meluncur masuk kerongga vagina Mila yang begitu hangat dan setengah basah.

Mila menggeliat sambil menggeser tubuhnya ke ranjang dengan tangan yang merentang sedang akupun terus merapat ke tubuh montok itu terutama bagian bawah tubuhku hingga terasa bulu-bulu jembutku bergesekkan dengan bulu-bulu jembutnya yang sama-sama tumbuh lebat. Batang penisku terasa tertelan penuh dalam ronga vagina Mila, dan akupun mulai memaju mundurkan penisku. Setiap gerakan maju kutekan kuat-kuat hingga Mila mendesah dan menggelinjangkan tubuhnya yang montok itu.

Selagi terus memainkan penisku dalam liang vagina Mila, kedua tangan Mila memegangi kedua pahanya dan makin ia rentangkan sedang aku memegang kedua payudaranya yang super size dengan kedua tanganku dari sisi pinggangnya sedang mulutku mengemoti kedua puting susunya yang amat mengeras. Mila meronta keenakkan sambil merintih dan mendesah. Kemudian diapun menggerakkan pantatnya makin cepat, ia begitu menikmati kocokan penisku dalam liang vaginanya, ia makin menggila menggerakan tubuhnya, memutar pinggul dan pantatnya, nampaknya ia sudah nggak tahan lagi, aku cengkeram paha Mila kuat-kuat sambil terus menekan batang penisku dalam liang vaginanya, gerakanku makin cepat sehingga Mila tak kuasa menahan puncak birahinya..

"Mas.. Mila mauu keluarr Mass..", desahnya terengah-engah sambil mempercepat gerakan pantatnya dan aachkk.. Mila pun mengerang hebat dan saat yang sama aku angkat tinggi tinggi pinggulnya agar batang penisku amblas dalam lubang vagina Mila dan kulihat Mila kembali mengejang dan kemudian ia mendesah.. aachkk.. ia telah melepas puncak kenikmatannya dengan nafas yang masih memburu dan matanya yang terpejam penuh nikmat, aku membiarkan Mila tenang, tubuhnya melemah, aku menahan gerakan penisku, sambil terus membenamkan batang penisku di dalam vaginanya yang sudah banjir dengan cairan yang dikeluarkannya saat ia klimaks, kulihat tubuhku dan Mila basah dengan keringat dan benar-benar basah seperti mandi. Sesaat kemudian dengan perlahan aku mencabut batang penisku, karena aku belum mencapai klimaks maka aku memasukkan penisku kedalam mulut Mila.. Ia mendesah sambil memandangiku.

"Naik Mass.." pinta Mila agar aku menaiki tubuhnya yang bergeser ke tengah ranjang dan akupun segera menaiki tubuh Mila, setengah duduk di atas leher dan dada Mila.. sedang batang penisku dengan jemariku kurapatkan ke mulut Mila yang sudah siap menelannya.

Aku memajukan batang penisku saat kepala penisku telah diemut oleh bibir Mila, perlahan batang yang sudah begitu keras melesat masuk ke rongga mulut Mila, terus kutekan hingga bibir Mila menyentuh buah pelirku dan terasa kepala penisku masuk kekerongkongan Mila, Mila langsung memegang batang penisku dengan jemarinya dan mendorongnya mundur sampai seluruh penisku keluar dari mulutnya.. ia mendesah nafasnya tersengal, sesaat kemudian Mila dengan lidahnya menjilati buah pelirku.. ia begitu rakus menjilat-jilat buah pelirku saat jemari tangannya mengocok batang penisku.

Jemari tanganku memegang jemari tangan Mila yang tengah mengocok batang penisku, perlahan giliran jemariku yang memegang batang penisku dan mengocoknya, sedang Mila makin merapat, saat penisku terus kurangsang ia menjilat-jilat kepala penisku, ujung lidahnya terasa menekan lubang penisku rasanya nikmat banget dan kocokanku makin mengila hingga kepala penisku seperti mematuk di bibir, lidah bahkan hidung dan pipi Mila..sampai aku merasakan desakan air maniku menuju ke ujung penisku.. aachkk.

"Mila aku mau keluar aachkk.." desahku, dan saat aku menegang maka saat itu pula jemari tangan Mila menyambar batang penisku, merebut dari genggamanku dan ia segera pula membuka mulutnya dan menelan separo dari batang penisku. Bibirnya mengatup begitu erat seperti meremas dan saat itu pula aku mengelepar hebat.. aachkk..

Saat spermaku muncrat, seluruh batang penisku amblas tertelan di mulut Mila dan terasa spermaku nyemprot hingga ke kerongkongannya.. dengan mata terpejam penuh nikmat Mila terus mengenyoti batang penisku yang masih menggelepar memuntahkan sperma hangat. Begitu banyaknya hingga rongga mulut Mila tak kuasa menampungnya, sebagian tertelan dan sebagian lagi mengalir di sela bibir dan batang penisku..

Mila masih terus mengenyot-ngenyot batang penisku, ia seperti tak ingin spermaku masih tersisa.. saat kulihat wajahnya, iapun menatapku dan perlahan ia melepas penisku sambil menahan agar spermaku yang memenuhi rongga mulutnya jangan sampai tumpah. Sedang aku bergeser dari atas tubuh Mila lalu berbaring lemas di sisinya. Aku terkulai lemas saat penisku melemah.

Mila bangkit sambil meludah untuk membuang sisa spermaku yang tidak tertelan dan sudah bercampur dengan air ludahnya ke arah lantai tempat mandi yang tak jauh dari ranjang, ia tergolek lagi di sisiku memelukku mesra. Tubuh Mila basah kuyup dengan keringat, begitu pula dengan tubuhku.

Ia mengecup pipiku sambil berbisik, "Mass.. sperma kamu banyak banget, lama enggak dikeluarinnya yaa..", aku hanya tersenyum sambil mengecup buah dadanya yang basah dengan keringatnya.

Selang sejam kemudian kamipun mengulanginya lagi, hingga tak terasa dalam semalam kami melakukkannya sampai tiga kali. Karena pertempuran yang melelahkan itu tak terasa semalam aku tidur berdua dengan Mila hingga pagi.

Kejadian itu terus berulang hingga akhirnya aku mengetahui suatu kenyataan yang hampir tak dapat aku terima dengan akal sehatku sehabis kami melakukan hubungan badan dirumahku kostku. Saat itu adalah hari minggu dan pada saat itu salon Mila tutup. Saat itu kami kembali bercinta, waktu itu adalah sore hari dan kami melakukannya di kamar mandi dirumah kostku. Seperti biasanya kami melakukan power play dengan melakukan oral sex, hingga akhirnya sambil merapatkan tubuhnya didinding dibawah guyuran shower sambil tanganku mengangkat sebelah kakinya dan kemudia aku memasukkan penisku ke vaginanya lalu kujebloskan hingga masuk seluruhnya. Maka aku maju mundurkan semakin cepat.. cepat dan sangat cepat. Kemudian kukecup bibirnya dan kami saling memainkan lidah. Sambil memegang buah dadanya yang montok dan memilin-milin puting susunya terus kumainkan pinggulku maju dan mundur. Hingga semakin kupercepat goyangan pinggangku dan akhirnya kamipun secara bersamaan mencapai puncak klimaks dan kali ini spermaku masuk ke dalam vaginanya.

Setelah itu kami kembali berciuman lalu kuisap buah dadanya. Ku basuh tubuhnya dan lalu kemudian aku menyabuninya dan kami saling bergantian. Selesai mandi kami bersantai diranjang kamarku aku memeluknya dengan mesra dan saat itu aku ingin mengatakan seluruh isi hatiku padanya.

"La, kayaknya hubungan kita udah terlalu jauh nih kamu mau nggak menjadi istri Mas?"
"Hmm.. gimana ya emang Mas Irza serius nggak nyesel soalnya kan Mila lebih tua dari Mas Irza".
"Cinta tidak mengenal usia sayang kamu nggak usah ragu kalau soal itu Mila cinta kan sama Mas".
"Mila sebenarnya cinta sama Mas Irza namun untuk menikah kayaknya nggak mungkin Mas"
"Nggak mungkin gimana, apa kamu masih belum yakin..".
"Nggak mungkin kita bisa menikah Mas semua itu nggak akan mungkin bisa jadi kenyataan".

Tiba-tiba Mila membentak dengan suara yang agak keras, tak biasanya dia melakukan hal demikian terhadapaku, kemudian dia bangkit dari dekapanku diranjang dan dia berdiri membelakangiku dan menangis. Dalam hati aku jadi heran dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang telah terjadi.

"Mila kenapa kamu jadi nangis, kamu nggak usah takut deh segala kekurangan maupun kelebihanmu Mas akan terima dengan lapang dada, percayalah sayang".
Dia terus menangis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sepertinya dia tidak mempercayai ucapanku..
"Memang inilah yang Mila takutkan, semula Mila hanya ingin bermain-main aja, namun entah kenapa Mila timbul rasa cinta sama Mas, Mila nggak bisa hidup tanpa Mas, Mila bukanlah wanita yang normal Mas!".
"Mila kamu kenapa sih apakah kamu mengidap suatu penyakit atau kenapa kamu bisa cerita sama Mas, dan Mas akan terima apa adanya".
"Mila nggak yakin Mas akan terima tetapi memang ini sudah nasib Mila, bila Mas ingin tahu faktanya, mari ikut Mila ke rumah".

Singkat cerita sampai di rumahnya, Mila membuka almarinya kemudian mengambil sebuah map.

"Mas boleh baca seluruh isi map ini, tapi tolong bila setelah Mas baca, dan bila Mas akhirnya membenci Mila, Mila akan terima tetapi tolong jangan katakan fakta ini pada yang lain, Mas harus janji".

Lalu akupun mengangguk dan menerima map itu sambil pikiranku diselimuti beribu pertanyaan apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian kubuka map tersebut dan didalam mab terdapat foto-foto yang membuat perasaanku menjadi mual beserta surat keterangan dari Dokter di Jerman bahwasanya Mila pada awalnya dia adalah seorang pria (waria) dan pada bulan mei 1998 dioperasi total menjadi wanita. Saat itu aku kebingungan seperti orang stress dan aku jadi heran kenapa bisa begini. Sulit kuterima dengan akan sehat.

Entah apa yang harus kukatakan, namun rasa marah, mual, bingung dan benci terhadapnya hilang seketika saat itu juga karena tatapan matanya yang memancarkan kesedihan, dan air matanya terus berlinang yang pada akhirnya membuat aku iba padanya. Aku menyadari kejadian ini bukanlah keinginannya, namun takdir kehidupan yang harus dijalaninya. Aku merasa bila aku meninggalkannya akan lebih membuat hatinya semakin hancur. Aku hanya berfikir heran kenapa selama ini aku tidak menyadari bahwa aku telah bercinta terhadap sesamaku namun telah operasi total, bahkan aku tidak mempunyai rasa curiga terhadapnya, karena suara maupun raut wajahnya serta potongan tubuhnya sedikitpun tidak ada yang mirip dengan pria.

Hingga kini hubungan kami terus berjalan dan kami masih melakukan hubungan sex walaupun kini aku telah tahu statusnya namun tidak ada rasa risih bagiku. Kini usiaku telah 26 tahun dan Mila 28 tahun, namun dari wajah tidak kelihatan bahwa Mila yang lebih tua, kepada orang tuaku kukatakan usianya masih 24 tahun karena parasnya yang cantik dan memang kelihatan muda. Orang tua maupun keluargaku sudah aku pertemukan dengannya tetapi mereka tidak mengetahui hal yang sebenarnya. Tanpa mengetahui statusku dengan Mila yang sebenarnya orang tuaku sering menanyakan kapan kami menikah, dan akupun menjawab dengan seribu alasan. Wajar saja mereka menanyakannya sebab hubungan kami yang telah berlangsung selama 3 tahun dan dari usia kami memang sudah pantas.


- tamat -