Bunga-bunga bertaburan indah didepan
mata Rein, aromanya nyaman di hidung membangkitkan semangat untuk segera
meraupnya. Tak tersisa. Dia pun jingkrak-jingkrak. Ya, ini kali pertama Rein
diijinkan Ayahnya untuk keluar dengan Dev, pacarnya. Setelah pertaruhan argumen
dan sedikit ancaman dari Rein akan mengurung diri di kamar jika tak diijinkan
keluar. Maklumlah Rein adalah anak perempuan satu satunya. Dan bukan pertama
kalinya keinginannya harus dipenuhi. Meski menyimapan kekhawatiran Ayah dan Ibunya
terpaksa mengijinkannya. Kata terakhir yang keluar sebelum mereka pergi adalah
“ Dev, saling Menjaga ya?”. Bukan tak mempercayai Dev, tapi mereka sama-sama
masih SLTP, masih terlalu kecil untuk diamanahi apapun.
Seperti burung lepas kandang, mereka
terbang jauh mengelilingi batas-batas daerah, mereka tak sadar musuh tentunya
siap-siap dengan taringnya. Sampailah mereka jauh dari Desa, dari pantauan
kakak Rein, orangtua dan masyarakat yang akan membela mereka. Taman Rimba. Ya
letaknya didalam Kota. Meski dalam Kota, taman ini adalah hutan buatan tempat
binatang yang dilindungi. Biasanya jika disiang hari tempat ini dijadikan
liburan keluarga. Hiburan murah meriah sambil mengenal satwa bagi anak anak
mereka. Dev memilih tempat ini karena pada malam itu akan banyak pasangan ABG
yang merayakan Hari Valentine dan mencatatkan moment paling berharga dalam
sejarah percintaan mereka.
***
“Dev, kita pulang yuk!” Rein mulai
jengah dengan suasana taman, makin malam makin banyak muda mudi yang datang.
Sebagian dari mereka bertahan tetap di arena menikmati acara yang disediakan
panitia. Ada juga yang menghabiskan waktu dengan keliling taman, duduk-duduk,
tak sekali Rein jumpai pasangan sedang berpelukan, lip kissing seperti yang
dilihatnya di film-film percintaan Korea bahkan lebih… Saat itu sulit dibedakan
mana penghuni taman rimba dan mana yang pengunjungnya.
“Bentar lagi Rien, sayangkan jauh-jauh
kita cepat pulang. Acaranya baru juga dimulai. Siapa tau nanti kita dapat
doorprize atau kita dinobatkan jadi pasangan paling mesra. Apa kamu gak ingin
kita selalu mengingat moment ini. Ketika semua orang memandang iri”. Manjur,
perkataan Dev meluluhkan hati Rein untuk tetap bertahan. Dev adalah cinta
pertamanya. Dia sangat menyayangi lelaki itu dan tak ingin buat dia kecewa.
Jam menunjukan pukul 21.40 WIB
ketika Rein melihat jam pada handphonenya. Ada banyak panggilan tak terjawab
disana. Ia lupa untuk mengubah nada silent dari sepulang sekolah tadi. “ Rein,
kamu dimana? Lekas pulang! “, itu sms yang dikirim kakaknya. Hendra. Ren
semakin gusar.
“Dev, pokoknya kita pulang sekarang!
Ayah cemas. Ini sudah terlalu malam.” Dev hanya pandangi wajah kekasihya itu
sekilas dengan gurat kecewa. Karena ia masih ingin menikmati acara demi acara.
Dev berlalu menuju tempat parkiran. Rein mengambil helm dari tangan Dev masih
tetap dengan isyarat sunyi.
Suasana mencekam, gelap dan sunyi,
suara sound speaker terdengar sangat jauh. Tiba-tiba motor yang dikendarai Dev
mogok. Bagi orang yang waras tentu lebih memilih tidur berselimut dirumah dari
pada keluyuran. Kalau tidak karena permintaan Dev tentu Rien lebih memilih
dirumah saja. Rien masih mengingat permohonan Dev.
“ Rien, sekali ini saja, malam
Valentine. Malam kasih sayang. Malam seluruh dunia berbahagia. Merayakan!.
Besok jam sekolah kosong juga hanya diisi eskul kan?”. “Menyesalkah ? entahlah
dilain sisi Rein juga menikmati setiap detik, menit dan seluruh waktu bersama
Dev. Setiap getaran yang mengalir mengingatkan pada Rien, mungkin cinta
memerlukan pengorbanan. Pengorbanan ?
Pada akhirnya Rien benar benar
dituntut untuk berkorban. Pengorbanan yang tak pernah diharapkan. Dibayangkan,
oleh Dev, dirinya atau siapapun juga. Pengorbanan yang sia sia. Konyol. Sewaktu
motor Dev mogok, dua orang pria tinggi besar berpawakan polisi menghampiri.
“kalian disini ngapain?” Tanya
seorang lelaki yang berambut ikal kepak
“ motor kami mogok, Bang! “
“Alasan! Kalian mau mesum ya ?”
“ bener! gak bang! Jawab Dev, yang
mulai menciut mentalnya. Pasalnya dua lelaki itu membentak.
“ikut kami! Ajak lelaki itu setelah
bertanya alamat dan kartu pelajar. Lelaki perpawakan polisi itu mengintrogasi
Dev dan Rein secara terpisah.
“ kamu pasti sudah mesum ? kamu
sudah tak perawan kan ? Tanya lelaki itu ke Rein
“ Rein hanya terisak pasalnya dia
takut suara tinggi, bentakan. Orang tuanya tak pernah membentaknya. Ditambah
lagi suasana hutan yang gelap, hanya cahaya handphone dari lelaki asing itu.
“Dev, dimana kau ?“ pikirnya.
“Dev!!!” hanya kata itu yang sanggup
keluar. Sekarang Rien benar-benar takut bukan saja karena bentakan tapi
laki-laki itu menyusupkan tangannya dikemeja Rien
“ Alahhh!, kamu juga sudah tidak
perawankan?, jangan berisik ! Sal yang dipake Rien berpindah membungkam
mulutnya. Tenaga lelaki itu terlalu kuat. Rien tak dapat berbuat apa apa dan
tak mengetahui apa apa? Hal buruk telah menimpanya.
Ditempat yang berbeda Dev dimintai
uang dan handphonenya. Jika tidak diberikan maka akan diancam dimasukan ke
kantor polisi. Nyali Dev yang masih SLTP tak bertahan, dan tidak bisa berpikir
panjang. Apalagi ia berasal dari Desa. Mentalnya bertekuk lutut diserahkan uang
tiga puluh ribuan itu beserta handphonenya.
***
“ arrrgh! Kenapa kamu tak bilang
dari tadi Rein? Geraham Dev saling bertemu. Geram. Setelah mendengar pengakuan
Rein. Dia putar motornya kearah tempat dimana motornya tadi mogok. Dia putari
seluruh taman. Sia sia. Tidak ia temui dua lelaki tersebut. Putus harapan ia
beranikan diri untuk menghampiri pos satpam penjagaan dan menanyakan tentang
dua lelaki tersebut. Tapi penjaga mengaku tidak mengenali sama sekali dengan
ciri ciri yang disebutkan. “ kalau polisi yang patroli disini biasanya pake
seragam Dek” jelas penjaga tersebut. Setitik jalan keluar tak mereka temui
sedikitpun, semua tertutup. Gelap dan semakin gelap seperti hari yang hampir
mendekati tengah malam. Dev dan Rien merayakan hari Valentine penuh dengan
tangis. Tangis yang tak akan pernah kering sampai kapanpun.
***
Rien pagi pagi sekali datang ke
sekolah. Ia sangat bingung harus bagaimana. Ingin segera ia bertemu dengan Dev.
Matanya tak terpejam barang semenitpun. Bukan karena berkumpulnya rindu seperti
hari biasa tapi karena kecemasan dan rasa shok bersekongkol disana. Tak
disangkanya Dev sudah berada di kelas. Senyumanya berubah menjadi masam. Dia
lihat Dev bersama Sri. Dilihatnya coklat ditangan Sri. “Dev, beri aku
penjelasan?” ditariknya Dev kebelakang kelas.
“Rien, maaf aku masih jejaka. Gila!,
kalau aku memperoleh yang tidak perawan”. Jawab Dev sambil menunduk. Sri sudah
lama mencintaiku. Tidak salahnya aku mengobati kekecewaan ini dengannya. Aku
kecewa Rien. Aku shok”. Sekarang Rien yang benar benar merasa gila. Tangisnya sudah
kering. Badannya kehilangan kekuatan. Disandarkannya lama di tiang bangunan.
Sunyi. Sampai tanda bel masuk berbunyi.
“ Maaf Rien, kuharap kamu baik-baik
saja. Yuk kita masuk”. Kata Dev sambil berlalu.
***
Hari ini ruang kelas terpisah antara
laki-laki dan perempuan. Kegiatan eskul hari ini diisi dengan kegiatan Rohis.
Miss. Salsabillah adalah guru Bahasa Inggris yang dipercaya Kepala Sekolah
sebagai tutor kegiatan Rohis di kelas dua. Kelasnya Rien. Banyak murid yang
menyukainya, suaranya lembut, teduh, tak pernah marah-marah dan yang terpenting
adalah dia bisa diterima oleh anak-anak dalam memberikan tausyiah meskipun dia
bukanlah lulusan dari pesantren atau sekolah tinggi agama. Kedahsyatan dalam
mencari ilmu Agama secara otodidak mengantarkannya menjadi sesosok muslimah
yang ideal.
Betapa terkejutnya dia ketika sampai
dikelas semua murid mengucapkan “ Happy Valentine Miss! Secara serentak. Wow.
Disela kebingungannya murid-murid menyisipkan coklat, bunga atau entah apa
isinya yang dibungkus rapi bersama sampul warna pink. Dia tak pernah
merayakannya. Saat itu adalah waktu yang tepat untuk mengembalikan Aqidah dan
menghapus lata murid yang ikut-ikutan merayakan Valentine.
“hari ini hari Valentine? Tanya Salsabillah
kepada muridnya setelah kondisi lumayan tenang.
“ Iya Miss “
“Apa itu Valentine ?”
“Ah, Miss kolot masak hari gini gak
ngerti valentine. Capek deh!!!” kata seorang murid.
Murid yang lain menimpali, “ hari
kasih sayang Miss,”
“siapa yang bilang?” menarik
perhatian muridnya. Suasana sunyi. “ sudah biasa Miss, kami ngerayain kata
seorang murid yang agak jangkung “. Salsabillah mengelus dada di perdesaan
seperti ini berita atau kabar kekafiran cepat sekali menyebar dan itu diikuti.
“ masih ingat dengan ayat yang
mengatakan jangan mengikuti sesuatu tanpa ilmu pengetahuan?”. Kembali sunyi.
Kemudian Billah melanjutkan, “kita tidak boleh mengikuti perayaan Valentine
karena ini adalah kebiasaan orang orang kafir. Mau kita dimasukan kepada golongan
orang orang kafir?”. Murid-muridpun menggeleng tanpa suara. Dari bangku paling
ujung seorang murid bertanya, “ kenapa Miss? Kan Valentine bukan untuk orang
berpacaran saja tapi juga untuk anak ke orang tua, sesama teman dan dengan
guru. Bukankah itu baik? Kenapa dibilang mengikuti orang orang kafir. Kalau
untuk yang pacaran bolehlah dibilang begitu.” Salsabillah tersenyum berarti
tausyiah tentang haramnya pacaran minggu kemarin masuk kepemikiran anak
muridnya. Kemudian Salsabillah mulai bercerita tentang asal usul kenapa
Valentine itu haram. Diputarnya memori tentang asal usul ini yang pernah ia
baca dari majalah Islam.
“ Valentine itu berasal dari nama
seorang Santo yang dibunuh karena ia menentang Raja Claudius II yang melarang
para pemuda untuk menikah pada zaman itu. Menurut Raja, pemuda yang menikah
tidak bisa berkonsentrasi dalam berperang. Pada waktu itulah St. Valentine
membangkang, ia tetap menikahkan pemuda-pemuda tersebut. Tapi lambat laun ia
ketahuan. Raja marah lalu membunuhnya. Untuk mengenang dan mengagungkan
keberanian sang Santo maka dikenallah pada hari kematiannya sebagai hari kasih
sayang yaitu pada tanggal 14 Februari. Selain itu orang Eropa percaya pada
tanggal tersebut adalah musim semi atau musim kawin. Makanya banyak orang-orang
didunia yang ikut-ikutan ngerayain. Jadi bagi kita muslimah kita harus pahami
sejarah ini. Perayaan ini tidak ada dalam Islam. Agar kelak kita tidak menyesal
karena termasuk golongan kafir. Kalau kita ikut-ikutan ngerayain, kita tak ada
bedanya dengan mereka seperti sabda Nabi Shallallahu ‘alahi wasalam “ barang
siapa menyerupai suatu kaum berarti ia termasuk golongan mereka (HR. abu Daud
). Jadi jangan asal asal ikutan ya? Jika untuk memperingati hari kasih sayang
bisa kok tiap hari tanpa mengkhususkan hari hari tertentu. Jadi masih mau
ikutan merayakan Valentine nih? Mau digabunggin sama orang-orang kafir ?“ Tanya
Sallabillah. Ia pandangi semua isi kelas. Ia lahap semua mata murid-muridnya.
Semua tertunduk. Ada yang paham. Ada yang nyeletuk “ ih, Miss ni gak gaul
banget, apa apa gak boleh”. Ia tersenyum dan berdo’a semoga diberikan hidayah
dan pemahaman kepada murid muridnya. Dibangku nomor tiga ia tangkap sesosok
Rein, tidak seperti biasa. Wajahnya pucat, ketika beradu pandang, matanya penuh
dengan ketakutan.
***
Rein masih hanyut dalam pikirannya.
Seandainay Rein dengarkan kata-kata Salsabillah untuk tidak berpacaran tentu
tak akan seperti ini. Dulu dia tidak percaya kata-kata Salsabillah. Menurut
Rein pacaran bukanlah berzina seperti yang dikatakan Salsabillah. Baginya
pacaran hanya untuk memotivasi dia belajar. Semua sudah terlambat, Dev yang
diharapkan bisa jadi motivasi belajar adalah lelaki brengsek yang tak punya
hati sama sekali. Tapi Dev juga tidak bisa disalahkan, siapa yang mau dengan
perempuan yang tak perawan? Lalu siapa yang disalahkan! Tuhan ? bukankah Tuhan
sudah menegurnya, memanggilnya untuk tidak mendekati zina, sesungguhnya zina
itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (Al-Isra :32 ).
“menagislahlah nak!, menagislah kalau kamu belum siap cerita sekarang, Ibu
tunggu. Menangislah!, jika buatmu tenang!”. Diberikannya punggung Salsabillah.
Mereka berdua berpelukan seperti seorang anak dan Ibunya. Rein terus menangis,
ia mulai mengerti sebenarnya hidup ini memang penuh tangis entah tangis
diciptakan karena kesalahan diri sendiri, entah karena orang lain atau memang
waktunya harus menagis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar