Jumat, 23 Mei 2014

Asiknya bercinta dengan diana

bercinta dgn Diana



Asiknya bercinta dengan diana - Aku tidak menyangka bahwa kota yang kecil seperti "M" di Jawa Timur ini bisa membuatku mengenal banyak wanita dan mereka semua rata-rata sudah mapan dan berkeluarga. Kejadiannya mulanya juga tidak kuduga. Pertama kali aku mengikuti senam pada sebuah sanggar senam yang cukup terkenal dan pada awalnya setelah selesai senam aku langsung tancap gas dan pulang.

Suatu ketika pada waktu senam usai aku merasa lapar, kusempatkan sebentar mampir di kantin depan untuk minum, di sana kulihat banyak sekali wanita dengan riang dan tertawa lepas. Sambil minum aku merasa ada sepasang mata melihatku dengan serius dan kucoba menoleh dan dia tersenyum. Kutaksir umurnya 32 tahun tetapi badannya masih sip. Kubuang pandang mataku menjauhi untuk menghindari tatapan matanya tapi tak lama kemudian aku dibuat terkejut oleh suaranya yang sudah berada di dekatku.

"Sendirian ya, boleh aku duduk disini?", pintanya sambil meletakkan pantatnya di kursi depanku, sehingga dia sekarang jelas berada di hadapanku.
Dia memperkenalkan diri dengan nama Diana dan aku menyambut dengan memperkenalkan namaku Ade. Saat dia ngobrol kuperhatikan bodynya cukup bagus, dadanya kutaksir nomor 32 B kecil namun padat, pinggangnya ramping. Perkenalan awal ini akhirnya aku dan Diana menjadi lebih akrab. Suatu ketika saat aku pulang senam kulihat Diana sendiri, dengan baik hati aku menawarkan dia untuk aku antar ketujuannya dan dia tidak menolak.

Di dalam mobil sesekali mataku mencuri pandang ke arah dadanya, kali ini Diana memakai kaos dengan leher rendah dan ketat sehingga nampak jelas garis BH-nya. Tanpa terasa dia juga melihat ekor mataku.
"Hayo De,.. kamu lihat apa barusan..., Kalo nyetir yang bagus dong jangan lihat samping ntar kalo nabrak bagaimana", tanyanya pura-pura marah.
"Ah..., Nggak ada cuman lihat aja kok", jawabku bingung sambil menggaruk kepala yang tidak gatal tanda aku manyun.
"Ah..., Sudahlah,.. toh sama juga khan dengan punya istrimu dirumah", timpalnya sambil tersenyum.
Aku jadi salah tingkah saat pertama kali berkenalan kami memang sama-sama mengaku jujur tentang kondisi masing-masing. Kendaraan memasuki halaman yang cukup luas dengan taman yang cukup bagus.

"Masuk dulu De,.. aku ada perlu pengin cerita-cerita ama kamu", pintanya.
Tanpa persetujuan lagi aku memasuki ruang tamunya. Tak lama kemudian Diana keluar dengan memakai rok mini dan kaos tanpa lengan. Pandanganku jadi kacau melihatnya, dari sela ketiaknya kulihat jelas BH nya hitam dengan daging yang menyembul indah.
"Lho.., kok sepi nih, mana keluargamu yang lain...", tanyaku menyelidik.
"Anakku masih sekolah sedangkan suamiku sudah 4 hari ini tidak pulang, biasa bisnis", jawabnya.
Sambil kulihat tangannya mengutak-atik remote televisi.
"Nah terus kegiatanmu apa kalo lagi sepi begini...", tanyaku lagi.
Sambil sesekali mataku kuarakhan pada pahanya yang mulus terlihat dibalik rok mininya.
"Yach biasanya sih abis senam aku kumpul-kumpul ama beberapa ibu-ibu dan dilanjutkan dengan santai-santai, belanja atau putar video..., e..., e..., Yah tahu sendirilah..", senyumnya menggoda.
Gaya duduk Diana berubah ubah sehingga aku semakin bebas mengarahkan mataku pada pahanya yang terkadang menyembul banyak di sela rok mininya. Timbul niat isengku untuk menggodanya lebih jauh.
"Video apaan sih..", tanyaku pura-pura bodoh.

Lama Diana terdiam dan akhirnya dia mengarahkan tangannya pada televisi dan tak lama kulihat adegan yang cukup mendebarkan yaitu seorang lelaki hitam dengan penis yang lumayan besar sedang dikulum oleh perempuan kulit putih. Kontras sekali nampaknya, aku terkejut sambil memandang Diana, dia tersenyum aku jadi salah tingkah. Akhirnya televisinya dimatikan.
"Yah itulah yang sering kami tonton bersama De..., Kami puas setelah menonton terus rumpi sama-sama, kebetulan hari ini mereka ada acara dan aku tidak sehingga aku sendirian saat ini", ceritanya pasrah.
"Nonton aja apa enaknya ?", tanyaku menggoda padahal penisku sendiri sudah mulai tegak berdiri.
"Mending aku bantuin lho kalo begini", pintaku sambil senyum
"Ah..., De paling-paling kamu juga takut.., cuman omong aja..., Mancing ya...", dia menimpali.
Aku merasa tertantang dengan perkataannya.
"Nggak kok, bener deh coba aja nyalain televisinya..."
"Terus ngapain, berani beneran kamu", tantangnya tak kalah ngotot.
"He em..., Lihat aja.., aku udah tadi kok geregetan lihat kamu", balasku menantang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar